Customer service (CS) atau apapun istilahnya, kebanyakan adalah wanita berusia muda dengan penampilan menarik, ramah, dan bersikap sopan.
Bukannya tak ada yang pria, tapi hanya minoritas. Mungkin memang sudah kodratnya, dalam melayani pelanggan, secara umum wanita lebih baik dari pria.
Ya, wanita memang lebih sabar ketimbang pria. Bagi pelanggan pria, tak usah munafik, berhadapan dengan wanita cantik, terasa lebih nyaman.
Bahkan, pelanggan wanita pun pada umumnya lebih menyukai bila dilayani CS yang juga wanita.
Nah, pengalaman saya sendiri, karena sudah demikian lama menjadi nasabah sebuah bank, tentu saya juga sudah merasakan pelayanan oleh banyak CS dan teller, baik pria maupun wanita.
Jujur saja, bukan semata-mata karena soal kecantikan, rata-rata CS wanita memang mempunyai jiwa melayani yang lebih baik.
Memang tidak semua wanita, karena ada juga yang ketus dan ngomongnya sangat irit.Â
Dan tidak semua petugas pelayanan pria dalam berbicara bergaya to the point tanpa basa-basi, karena ada juga yang sangat ramah.
Tapi, sekali lagi, pada umumnya wanita lebih punya jiwa melayani ketimbang pria, serta juga sabar dan teliti.
Nah, ketika saya "naik kelas" karena menyandang status sebagai nasabah prioritas, maka saya medapat pelayanan yang lebih personal.
Sebutan bagi yang melayani pun bukan lagi CS, tapi disebut dengan Priority Banking Officer (PBO) yang khusus melayani nasabah prioritas.
PBO mendapat pelatihan khusus dan karenanya lebih menguasai product konwledge atas semua produk yang ditawarkan bank.
Dengan demikian, PBO bisa juga bertindak menjadi semacam financial adviser bagi nasabah-nasabah di bawah kelolaannya.
Sebagai contoh, saya sudah beberapa kali membeli reksadana dan obligasi setelah berdiskusi dengan PBO yang melayani saya.
PBO tersebut sudah 3 tahun terakhir ini melayani saya dengan baik. Ia seorang wanita, sebut saja namanya Tina.
Sayangnya, kebersamaan saya dengan Tina harus berakhir. Tina lolos seleksi untuk mengikuti pelatihan yang setelah itu akan dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi.
Saya tidak kaget kalau karier Tina akan cepat melesat, karena kinerjanya sangat baik. Rata-rata nasabah yang dilayani Tina merasa puas.
Saat saya terakhir bertemu Tina, kalau tidak keliru pada tanggal 25 Oktober 2022 yang lalu, Tina secara khusus "berpamitan" dengan mengucapkan terima kasih dan sekaligus juga mohon maaf.
Kata-kata yang sama juga saya sampaikan kepada Tina, sekaligus mendoakan agar Tina sukses mengikuti pelatihan dan mendapat promosi jabatan.
Terkait dengan penggantinya, Tina sudah memberi sinyal dan bahkan membocorkan namanya.
"Pak, mulai 1 November bapak akan dilayani oleh Mas Ali, gak apa-apa kan pak?", kata Tina kepada saya.
 "Kita udah coba carikan yang wanita, tapi belum ada," lanjut Tina. Tentu saja saya menjawab tidak ada masalah dengan PBO pria.
Saya hanya berpesan agar penggantinya orang yang bisa melayani dengan baik, ya sama baiknya dengan yang saya terima selama ini dari Tina, tanpa menyebut harus wanita.
Memang, seperti yang saya singgung di atas, ada kenyamanan bila dilayani oleh wanita karena dinilai lebih ramah dan sabar.
Sedangkan laki-laki, dalam hati ada sedikit keraguan saya, jika saya nyinyir, apakah ia akan betah melayani?
Tapi, keraguan saya tersebut sirna begitu saya bertemu dengan Ali, PBO pengganti Tina, pada 15 November lalu.
Ali juga ramah dan tidak terkesan mendominasi pembicaraan. Sehingga dalam memberi advis, tercipta komunikasi dua arah yang membuat saya puas.
Kesimpulan saya, bukan soal laki-laki atau wanita, yang terpenting bagi seorang CS atau PBO adalah kompetensinya dalam memuaskan pelanggan.Â
Wanita cakep pun kalau tidak kompeten, rasanya malah kurang pas sebagai CS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H