Bahwa sekarang banyak bank yang memberikan bunga 0 persen kepada nasabah yang saldo tabungannya di bawah jumlah tertentu, tampaknya sudah menjadi hal biasa.
Nasabah mau tak mau harus menerima dengan lapang dada, dan menyadari bahwa saat ini fungsi tabungan memang bukan untuk mendapatkan bunga.
Kegunaan rekening tabungan di bank yang terutama adalah untuk kemudahan dalam bertransaksi dan sekaligus tempat yang aman untuk menyimpan uang.
Bahkan, sudahlah tidak memberi bunga, potongan administrasi bank pun relatif besar, sehingga lengkap sudah "derita" penabung kecil.
Artinya, pola hubungan antara bank dan nasabah penabung sekarang ini sudah terbalik. Dulu bank yang mengejar-ngejar penabung, sekarang bank sepertinya lagi "jual mahal".
Sekadar mengenang masa lalu, terutama di era 1990 hingga 2010, betapa bank terlihat begitu gencar berpromosi untuk menacari penabung baru.
Penabung lama pun diimingi-imingi hadiah yang jor-joran, sebagai rayuan untuk meningkatkan saldonya.Â
Hadiah tersebut rata-rata menggunakan sistem undian, di mana semakin besar saldo tabungan, akan semakin besar peluang mendapatkan hadiah.
Misalnya, penabung yang punya saldo Rp 10 juta, hanya mendapat 10 lembar nomor undian. Sedangkan yang punya saldo Rp 100 juta, tentu punya 100 nomor undian.
Promosi atas undian berhadiah ini sering ditayangkan oleh media televisi dan media cetak, sehingga hampir semua orang tahu bank mana saja yang lagi punya program hadiah yang menggiurkan.
Lalu, di depan kantor bank, biasanya dipajang aneka hadiah yang akan dibagikan. Jangan heran, di halaman depan kantor pusat sebuah bank, dipajang mobil mewah sebagai grand prize bagi penabung yang beruntung.
Ketika undian dilaksanakan, biasanya disiarkan salah satu stasiun televisi yang jam tayangnya sudah diblok (tentu dengan tarif mahal) oleh bank yang bersangkutan.
Artis-artis top ikut memeriahkan acara pengundian dan para penabung akan harap-harap cemas menunggu hasil undian diumumkan.
Ya, begitulah, era dulu sudah berbeda jauh dengan era sekarang. Ketika itu masih banyak orang yang belum punya rekening tabungan.
Lagi pula, jumlah bank terlalu banyak, sehingga persaingan untuk memperebutkan dana juga demikian ketat. Makanya seakan ada perlombaan adu jor-joran memberi hadiah.
Sekarang, jumlah bank menciut, karena bank-bank kecil banyak yang sudah diakuisisi bank-bank besar.
Belum lagi bank-bank yang terpaksa dimerger karena kejeblos saat krisis moneter pada penghunjung dekade 1990-an.
Bahkan, tak sedikit pula bank yang dilikuidasi, yang riwayatnya tamat begitu saja dan soal utang piutang diambil alih oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Di lain pihak, masyarakat sudah hampir semua punya rekening tabungan. Apalagi mereka yang bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan atau instansi.
Para karyawan wajib punya rekening tabungan di bank, karena gajinya dibayarkan melalui tabungan tersebut.
Bahkan, lazim pula seseorang yang punya beberapa tabungan, baik di bank yang sama maupun di bank yang berbeda.
Ada lagi yang namanya tabungan anak, tabungan berencana, tabungan bisnis, dan berbagai modifikasi produk tabungan.
Jadi, ketika persaingan antar bank tidak lagi ketat, sedangkan masyarakat sudah merasa membutuhkan untuk punya rekening bank, maka giliran bank untuk sedikit "jual mahal"
Maka, era suku bunga tinggi dan semarak hadiah, tampaknya tinggal kenangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H