Lalu, siapa yang jadi "istri pertama"? Tak lain dan tak bukan adalah hobi yang digila-gilai si suami. Soalnya, alokasi waktu yang diberikan suami untuk hobinya jauh lebih banyak ketimbang waktu bersama istrinya.
Ketiga, bila posisinya relatif berimbang, ini merupakan hal yang ideal. Tanpa memandang siapa yang lebih tua atau siapa yang mencari uang, tercipta kondisi yang saling menghargai berdasarkan rasa cinta.
Dengan demikian, suami akan tahu sendiri kapan bisa memuaskan diri dengan hobi dan kapan harus menyediakan waktu khusus untuk keluarga.Â
Begitupun istri, tahu kapan harus membiarkan suami asyik dengan hobinya dan kapan dengan tutur kata yang lembut mengajak suami untuk melakukan hal lain.
Nah, sekarang tentang pengalaman saya sendiri, dengan posisi yang relatif berimbang dengan istri. Kami sering berembuk dulu sebelum memutuskan sesuatu.
Sejak setahun terakhir ini, saya punya waktu yang berlimpah untuk melakukan hobi, bahkan termasuk pada hari kerja, karena saya tak punya tugas formal lagi.
Sehari-hari saya lebih banyak berada di rumah. Tapi, sesekali saya masih mendatangi kantor tempat dulu saya lama bekerja. Bisa juga pergi untuk bertemu famili atau sahabat.
Demikian pula istri saya yang dulunya seorang guru, sejak tahun lalu juga sudah memasuki masa pensiun.
Dari kecil dulu, jika ditanya apa hobi, saya sering bingung, meskipun akhirnya saya menjawab bahwa "membaca" dan "menulis" sebagai hobi.
Padahal, menurut teman-teman saya ketika sekolah dulu, itu bukan hobi, tapi kewajiban sebagai seorang pelajar atau mahasiswa.
Tapi, saya mengajukan argumen, karena membaca yang saya maksud bukan membaca buku pelajaran karena mau ujian.Â