Sebut saja namanya Tina, seorang Priority Banking Officer (PBO) yang bertugas melayani nasabah prioritas di sebuah bank di kawasan Jakarta Pusat.
Adapun pengertian nasabah prioritas di bank tersebut adalah yang punya saldo tabungan (bisa satu rekening, atau gabungan beberapa rekening, termasuk simpanan dalam bentuk deposito dan giro) di atas Rp500 juta.
Kebanyakan PBO, seperti juga halnya petugas marketing atau apapun istilahnya yang ditargetkan atasannya mencari dan mempertahankan pelanggan, adalah mereka yang tergolong pekerja keras.
Keras, dalam arti harus gigih menghubungi nasabah atau calon nasabah, tak lelah "merayu" dengan berbagai cara.Â
Jelas, PBO yang seperti itu ada pamrihnya, yakni targetnya tercapai yang ujung-ujungnya mendapat bonus lumayan dan berpotensi untuk mendapat promosi jabatan.
Tapi, tidak begitu dengan Tina, paling tidak itu yang dirasakan oleh beberapa nasabah yang "dipegang" olehnya.
Memang, di kantor tempat Tina bekerja, seorang PBO memegang sekitar 150-200 nasabah. Selain Tina, masih ada 9 orang PBO lain di kantor tesebut.
Jika nasabah datang ke kantor, maka yang melayaninya adalah PBO yang memegang nasabah itu.Â
Biasanya, setiap bulan nasabah memerlukan laporan perkembangan portofolionya yang disiapkan oleh PBO.Â
PBO akan memberi advis apakah si nasabah perlu mengkonversi akun tabungannya ke deposito atau ditempatkan pada surat berharga seperti obligasi atau reksadana, di mana bank tersebut bertindak sebagai agen penjual.