Dunia kerja sekarang ini, khususnya yang dialami para karyawan kantoran di berbagai perusahaan, sudah berbeda jauh dibandingkan kondisi zaman dulu, setidaknya kondisi hingga belasan tahun yang lalu.
Salah satu perbedaan tersebut berkaitan erat dengan gaya komunikasi antar atasan dan bawahan, atau antar angkatan senior dengan angkatan junior yang baru beberapa tahun direkrut.
Zaman dulu, karyawan junior tidak begitu mempermasalahkan sikap senior yang terkesan kurang memberi perhatian, bahkan senior hanya sekadar memberi instruksi dan menagih hasil pekerjaan saja.
Sekarang, karena begitu maraknya penggunaan media sosial, kekesalan karyawan angkatan muda yang merasa kurang mendapat perhatian, bisa ditumpahkan di media sosial.
Maka, jangan heran bila angkatan muda berani mengolok-olok, bahkan mengejek generasi lama. Karena media sosial gampang diakses orang lain, tentu generasi tua juga membaca olok-olok yang ditujukan kepada mereka.
Gampang diduga, angkatan tua bukannya menyadari kekeliruannya, malah membalas ejekan tersebut, sehingga terjadilah "perang" kata-kata di media sosial antar generasi.
Angkatan muda mengatakan angkatan tua sebagai "gila hormat", berbudaya feodal, dan bergaya petentang petenteng saja.
Angkatan tua juga dinilai hanya bisa membangga-banggakan prestasinya di masa lalu, padahal cara bekerja sekarang sudah berbeda dengan hadirnya teknologi canggih.
Sebaliknya,  di mata angkatan tua, angkatan muda dianggap sebagai kaum rebahan yang manja, lembek, menghabiskan waktu untuk chatting atau main game, dan gampang ngambek.
Ya, banyak kelompok senior di kantor yang memandang juniornya seperti melihat anak-anaknyanya sendiri di rumah.