Bekerja di instansi pemerintah atau perusahaan yang berstatus badan usaha milik negara/daerah (BUMN/D), tentu iklimnya berbeda dengan perusahaan swasta.
Di perusahaan swasta, bos dan anak buah biasa saja saling bercanda, sepertinya tidak berlalu berjarak. Hal demikian jarang terlihat di BUMN.
Soalnya, bos perlu jaim (jaga image), sedangkan anak buah sungkan ke atasan, baik karena takut atau karena segan.
Saya yang lama bekerja di sebuah BUMN, cukup heran menyaksikan para auditor dari Kantor Akuntan Publik (KAP) yang mengaudit laporan keuangan perusahaan tempat saya bekerja.
Perlu diketahui, KAP di atas adalah KAP bertaraf internasional karena disupervisi oleh nama besar yang berstatus the big four di dunia.
Tapi, yang sehari-hari mengaudit tentu kebanyakan auditor lokal Indonesia. Artinya, mereka cukup paham dengan budaya kerja di BUMN.
Makanya, para auditor tersebut juga pandai berbasa basi dan sikapnya kepada bos-bos juga terkesan menghormati.
Mereka tahu betapa hormatnya bawahan di perusahaan negara kepada atasannya, dengan cara berbicara penuh sopan santun.Â
Sebaliknya, atasan kalau berbicara dengan nada agak marah kepada bawahannya, menjadi hal yang wajar.
Semua KAP berstatus swasta. Auditor independen yang jadi pegawai negeri kebanyakan bekerja di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Jadi, cara bekerja KAP tentu tidak ikut-ikutan gaya instansi pemerintah. Jika sesama mereka berinteraksi, cenderung tidak berbasa basi.Â