Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Hal Sepele yang Tak Perlu Dilaporkan kepada Bos

9 September 2022   06:20 Diperbarui: 9 September 2022   06:25 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi atasan dan bawahan|dok. Daily Hunt, dimuat topcareer.id

Hal sepele yang dimaksudkan di sini adalah hal yang kecil, ringan, enteng, atau bisa juga dikatakan sebagai hal yang kurang penting.

Namun demikian, tentu apa saja yang sepele dan apa yang tidak, merupakan sesuatu yang subjektif. Setiap orang bisa jadi punya penilaian yang berbeda.

Nah, tulisan ini pun belum tentu bisa mewakili pendapat orang lain. Tapi, yang diangkat di sini berkaitan dengan hubungan antara atasan dan bawahan di suatu kantor.

Itupun, pengertian sepele di sini khusus dilihat dari mata si atasan. Asumsinya, bawahan harus memahami cara pandang si atasan, agar tidak asal melaporkan sesuatu ke atasannya.

Memang, bos yang baik adalah bos yang memahami titik pandang bawahannya. Tapi, karena pada akhirnya yang berkuasa adalah si bos, tentu yang akan berlaku adalah titik pandangnya sendiri.

Namun demikian, bos yang baik tidak begitu saja meremehkan laporan bawahannya, meskipun itu hal sepele. 

Paling si bos setelah itu menasehati, agar di kemudian hari, laporan yang demikian cukup disampaikan ke karyawan lain yang lebih senior, tidak usah ke si bos.

Tersebutlah sebuah kisah yang baru-baru ini terjadi di sebuah bank yang punya banyak kantor cabang. Masing-masing kantor cabang punya lagi satu atau beberapa kantor cabang pembantu.

Suatu kali, kepala cabang di kota R memanggil 4 kepala cabang pembantu yang tersebar di 4 kota kecamatan yang semuanya merupakan cabang pembantu di bawah supervisi dari cabang R.

Semua kepala cabang pembantu diminta datang pada hari Jumat pukul 15.00 dan berita pemanggilan tersebut telah disampaikan pada Kamis pagi sehari sebelumnya.

Kebetulan, kepala cabang pembantu di kota S merasa kurang nyaman dengan jadwal yang diminta bosnya itu. Soalnya, dari S ke R berjarak sekitar 70 kilometer.

Karena kondisi jalan yang banyak tikungan serta banyak pendakian dan penurunan, dari S ke R perlu waktu sekitar 2 jam 30 menit.

Di kantor S tersebut belum tersedia kendaraan dinas, sehingga kepala cabang pembantunya harus naik bus atau naik taksi yang dipesan melalui aplikasi.

Nah, hal teknis yang menjadi kendala adalah berkaitan dengan jadwal bus yang tersedia hanya pada pukul 06.00 pagi dan pukul 11.30 siang.

Padahal, si kepala cabang pembantu menginginkan bisa berangkat sekitar jam 08.00 setelah ia membuka sistem operasional kantor dan mendelegasikan tugas kepada salah satu karyawan yang paling senior.

Adapun kalau naik taksi online, ia khawatir jika tarifnya terlalu mahal dan biayanya tidak mendapat penggantian dari dinas.

Karena bingung, kepala cabang pembantu minta waktu menelpon bosnya menyampaikan permasalahan di atas.

Si bos terkesan kesal mendengar laporan anak buahnya itu dan menyarankan agar naik bus yang jam 11.30 saja. Toh masih bisa sampai sebelum acara dimulai di R.

Tapi si anak buah malah tidak menerima saran bosnya karena terbentur dengan jadwal salat Jumat yang tak bisa diikutinya.

Dengan ngeyel, kepala cabang pembantu mendebat bosnya soal kriteria musafir agar bisa mendapat keringanan tidak wajib salat Jumat.

Akhirnya si bos pakai senjata pamungkas, mengatakan apapun caranya, yang penting anak buahnya harus hadir tepat waktu. Jika tidak, akan ada sanksi.

Dari contoh kasus di atas, jelaslah bahwa di mata si bos, soal yang dilaporkan anak buahnya adalah soal sepele, terlalu teknis dan seharusnya tidak perlu dilaporkan.

Tentang teknis keberangkatan, anak buah bisa mengambil keputusan sendiri, mau naik apa, jam berapa, asal sampai di tempat tujuan tepat waktu.

Perlu diingat, kebanyakan bos hanya ingin mendengar jawaban: "baik pak", "siap pak", "iya pak", atau sejenis itu. 

Lalu ketika dilaksanakan misalnya ada masalah, coba analisis dulu, apakah ini hal teknis atau bersifat manajerial yang perlu dilaporkan kepada si bos, sekaligus untuk minta petunjuk.

Jika ternyata yang dihadapi soal teknis, cukup mencari teman diskusi yang kira-kira paham dan bisa memberikan saran.

Selanjutnya, begitu tugas yang diberikan si bos udah kelar, tinggal melapor, kalau mission accomplished atau tugas sudah dilaksanakan dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun