Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Sempat Tergusur Budaya Pop, Kini Kebaya Kembali Berjaya

4 September 2022   08:04 Diperbarui: 4 September 2022   08:11 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pakaian kebaya karya Era Soekamto|dok. CNN Indonesia/Hesti Rika

Pemilihan Putri Kebaya hingga dekade 1970-an, sering diadakan dalam rangka memperingati Hari Kartini dan Hari Ibu. Biasanya lomba tersebut dilakukan antar sekolah atau antar kelurahan di sebuah kota.

Tentu saja, peserta yang dipilih mewakili sekolah atau kelurahan sudah diseleksi, sehingga yang menjadi peserta biasanya yang cantik dengan penampilan menarik.

Maka, bila ajang pemilihan tersebut ditonton banyak orang, wajar-wajar saja. Apalagi, tradisi berkebaya memang sangat memasyarakat sejak dulu, hingga awal pemerintahan Orde Baru.

Sayangnya, mulai dekade 1980-an, gelombang budaya pop demikian gencar mempengaruhi anak muda Indonesia, termasuk dalam gaya berpakaian.

Sehingga, model pakaian kebaya pun dinilai sudah ketinggalan zaman, bahkan dianggap kolot. Ajang pemilihan putri kebaya mulai semakin jarang terdengar.

Berikutnya,  sejak sekitar akhir dekade 1990-an, model pakaian muslimah mulai mendominasi, seiring dengan makin semaraknya pengajian yang diikuti ibu-ibu anggota majelis taklim.

Di lain pihak, ada kesan bahwa kebaya bukan pakaian muslimah. Memang, dulu kebaya identik dengan pakaian agak ketat di badan pemakainya.

Syukurlah, akhir-akhir ini tren kembali menggunakan kebaya mulai terlihat. Para perancang mode terkenal pun memperkenalkan model kebaya yang bisa mengikuti perkembangan zaman.

Sekarang kebaya menjadi lebih fleksibel dan bisa dipadukan dengan hijab. Kebaya panjang dan agak longgar menjadi pilihan agar tetap memenuhi kaidah syariah.

Bahkan, dalam acara yang bersifat resmi, baik acara kenegaraan maupun acara resepsi pernikahan, semakin banyak wanita berkebaya yang terlihat cantik, anggun dan modern.

Kebaya nusantara sebetulnya ada banyak ragamnya. Yang lazim di Jawa sedikit berbeda dengan yang biasa dipakai di Sumatera, dan juga berbeda lagi dengan kebaya di Bali. Belum lagi kalau dilihat di daerah-daerah lainnya.

Namun demikian, yang disebut kebaya tersebut tentu ada pakemnya, yakni ada bukaan di bagian depan, simetris kiri dan kanan, dan berlengan.

Sebagai model baju, ada banyak jenis bahan yang bisa menjadi pilihan untuk dibuat menjadi kebaya, seperti brokat, katun, beludru, sifon, dan sebagainya. 

Memang, yang paling lazim adalah memakai bahan brokat, meskipun tidak semua model baju yang atasannya berbahan brokat disebut sebagai kebaya.

Seperti ditulis oleh tradisikebaya.id, untuk memperkuat kesan lokalitas dan feminitas, kebaya semestinya dipadukan dengan  wastra Nusantara, seperti kain batik, tenun dan songket.

Ketika era Orde Baru, melalui organisasi Dharma Wanita, kebaya seperti jadi pakaian wajib ibu-ibu pada pertemuan organisasi wanita.

Sekarang, ada kabar gembira, pemerintah dan berbagai pihak terkait di Indonesia tengah berjuang agar kebaya diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO.

Tapi, Indonesia tidak mengajukan permohonan secara sendiri, melainkan bersama beberapa negara tetangga, yakni Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam.

Ada pihak yang kecewa, dengan alasan kebaya sudah menjadi identitas nasional, kenapa harus membawa-bawa negara lain, yang nantinya malah bisa mengaburkan sejarah panjang tradisi kebaya di negara kita.

Namun, mengingat negara tetangga juga berpendapat bahwa kebaya sudah menjadi identitas mereka dari zaman dulu, maka berjuang secara bersama menjadi pilihan yang layak ditempuh.

Kecuali kalau kita mau beradu argumen dengan negara lain, dengan terlebih dahulu punya bukti yang sulit dibantah bahwa kebaya betul-betul pertama kalinya lahir di kerajaan tertentu yang sekarang menjadi bagian dari Indonesia.

Tapi, sekiranya negara lain juga punya bukti yang valid, maka proses pengajuan ke UNESCO akan memakan waktu yang sangat panjang.

Maka, diperlukan jiwa besar bahwa dalam soal kebaya, Indonesia bahu membahu dengan beberapa negara tetangga. Hal ini sekaligus sebagai wujud persahabatan antar negara yang berasal satu rumpun, rumpun Melayu.

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun