Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jual Televisi Hadiah Lomba 17 Agustus demi Biaya Sekolah

3 September 2022   09:18 Diperbarui: 3 September 2022   09:30 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lomba 17-an|dok. Pixabay, dimuat demaknews.id

Dalam memeriahkan Hari Ulang Tahun ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia (HUT 77 RI), di mana-mana ditemukan berbagai acara yang unik dan menarik.

Kemeriahan sangat terasa setelah pada 2020 dan 2021 lalu, karena pandemi, perayaan HUT kemerdekaan tidak bisa dilakukan dengan mengumpulkan orang banyak secara langsung.

Wajar, jika sekarang ini, terutama bagi anak-anak dan remaja, terlihat begitu gembira. Mereka bersemangat mengikuti banyak perlombaan di lingkungan tempat tinggal atau di sekolah masing-masing.

Tapi, di antara banyak anak yang bergembira tersebut, terselip sebuah kisah yang mengharukan menyangkut seorang anak yang memenangkan sebuah perlombaan.

Seorang anak di Karawang, Jawa Barat, yang sekolah di sebuah SMP swasta telah menunggak uang sekolah selama 4 bulan. Ia malu masuk sekolah, kalau orangtuanya masih belum mampu melunasi tunggakan itu.

Alhamdulillah, kalau rezeki memang tak kan kemana. Anak yang bernama Aljami itu meraih juara 2 dalam lomba "Ninja Warrior" dengan mendapat hadiah sebuah televisi.

Aljami ikhlas menjual televisi tersebut untuk membayar utangnya di sekolah sebesar Rp 1,3 juta. Padahal, jumlah Rp 1,3 juta itu awalnya lebih besar, namun karena Aljami anak yatim, utang itu dipotong pihak sekolah.

Pekerjaan Ibu Aljami adalah berjualan lauk matang keliling kampung dan hanya mendapatkan uang pas-pasan untuk makan sehari-hari. 

Ibu Aljami masih tinggal di rumah ibunya, atau nenek dari Aljami dan adik-adiknya, karena sampai sekarang belum punya rumah sendiri.

Diduga kisah mengharukan serupa di atas cukup banyak di negara kita, karena jumlah anak-anak yang berasal dari kelompok marjinal juga banyak.

Namun, yang mencuat ke permukaan memalui media sosial atau media massa mungkin tidak banyak, meskipun sekarang siapapun bisa memberitakan sesuatu.

Memang, ada untungnya ketika suatu berita dari kalangan masyarakat bawah menjadi viral, karena banyak orang dengan gampang tergerak hatinya untuk memberikan bantuan kepada si anak atau orang yang diberitakan.

Hanya saja, idealnya, tanpa ada yang viral pun, sistem sosial kita, baik dari pemerintah maupun masyarakat umum, mampu mendeteksi adanya warga di lingkungan masing-masing yang layak untuk dibantu.

Pada dasarnya, masyarakat kita adalah masyarakat yang dermawan, tinggal sistem pendeteksian warga yang perlu dibantu, pengumpulan bantuan, dan pendistribusiannya yang perlu dikelola dengan lebih baik lagi.

Dinas sosial di masing-masing daerah, lembaga penyalur zakat dan sedekah, atau lembaga filantropi, perlu lebih aktif mendatangi kelompok marjinal yang selama ini belum tersentuh bantuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun