Umpamanya, ada sambal cumi, tapi si pembuat dengan sengaja mengolahnya dari bahan cumi yang sudah busuk.
Demikian pula sambal teri, kalau bahannya dari teri yang sudah tidak layak dikonsumsi, jelas bisa membahayakan konsumennya.
Apalagi, bila sambal dalam kemasan mengandung formalin agar lebih lama awetnya, berpotensi menimbulkan penyakit yang serius bagi yang mengonsumsinya.
Gambaran di atas, terlihat dari tayangan SCTV pada acara Buser, Sabtu pagi (27/8/2022) lalu. Mungkin liputan yang bersifat investigatif tersebut dilakukan secara tersamar memakai kamera tersembunyi.
Maka, tak ada jalan lain, konsumen harus jeli dan paham bagaimana memilih sambal dalam kemasan yang baik.
Namun, konsumen tak usah khawatir, karena sebetulnya masih banyak sambal kemasan yang layak dikonsumsi, biasanya yang sudah pakai merek dan beredar luas di banyak supermarket.
Sedikit tips bagi konsumen adalah dengan memeriksa tanggal kedaluarsa, label halal (bagi yang muslim), dan membaca komposisi bahan yang tercantum pada kemasan, sebelum memutuskan untuk membeli.
Adapun ciri-ciri sambal dalam kemasan yang baik, antara lain berupa aroma yang khas dan warna sambal yang natural.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H