Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Anies Baswedan, Rumah Sakit, dan Obat Nyamuk

4 Agustus 2022   08:11 Diperbarui: 4 Agustus 2022   08:15 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan pada peresmian penggunaan istilah "Rumah Sehat untuk Jakarta"|dok. Intan Afrida Rafni/disway.id

Harus diakui, memanfaatkan masa jabatannya yang tinggal menghitung hari, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terkesan semakin kreatif saja.

Sepertinya Anies tak pernah kehabisan ide, dari hal-hal yang bersifat spektakuler hingga yang bersifat "remeh temeh" yang berpotensi menuai pro dan kontra dari warga Jakarta.

Kalau soal yang spektakuler, Anies sering menyebutkan istilah "mahakarya" untuk Jakarta International Stadium (JIS) yang terletak tidak jauh dari objek wisata Ancol.

Anies cerdik dengan memanfaatkan momentum tertentu untuk mempromosikan JIS, seperti menggunakannya untuk salat idul fitri dan juga idul adha.

Sayangnya, pada gelaran Liga 1 yang sudah mulai berlangsung, Persija sebagai klub kebanggaan warga ibu kota justru lebih tertarik menggunakan Stadion Patriot Candrabhaga di Kota Bekasi, Jawa Barat, sebagai homebase.

Contoh lain yang juga boleh dibilang spektakuler adalah keberhasilan Jakarta sebagai tuan rumah lomba balap mobil Formula E beberapa waktu lalu.

Nah, apa kreativitas Anies yang "remeh temeh"? Istilah remeh temeh mungkin kurang pas untuk digunakan di sini, mohon maaf bagi pembaca yang tidak setuju.

Pertama, adalah penggantian nama 22 jalan di Jakarta dengan nama sejumlah tokoh asal Jakarta atau yang berasal dari etnis Betawi.

Ternyata, penggantian nama tersebut memakan biaya yang tidak sedikit, bukan sekadar mengganti papan nama jalan. Tapi, papan nama toko, kantor, atau bangunan lainnya di sepanjang jalan tersebut, juga perlu diganti.

Belum lagi berbagai dokumen dari warga yang beralamat di jalan yang diganti, meskipun penggantiannya digratiskan, tetap mengorbankan waktu dan tenaga bagi masyarakat.

Kedua, ini yang baru saja terjadi, yakni Anies resmi mengubah seluruh nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Jakarta menjadi "Rumah Sehat untuk Jakarta".

Persemian tersebut dilakukan melalui acara khusus di RSUD Cengkareng, Jakarta Barat, pada Rabu (3/8/2022) kemarin.

Adapun tujuannya untuk mengubah paradigma ke arah yang positif. Selama ini, rumah sakit berfungsi untuk pengobatan (kuratif dan rehabilitatif).

Dengan mengubah nama jadi rumah sehat, maka fungsi promotif dan preventif juga dilaksanakan oleh rumah sakit. Jadi, warga tidak harus menunggu sakit untuk datang ke rumah sakit.

Seperti halnya dengan penggantian nama jalan, tentu setiap RSUD akan mengeluarkan biaya untuk mengubah papan nama, neon sign, atau tulisan RSUD yang lainnya yang ada di bangunan rumah sehat tersebut.

Istilah "rumah sakit", meskipun soal ketepatannya secara bahasa bisa diperdebatkan, toh, sudah sangat familiar dan diterima baik oleh masyarakat.

Memang, rumah sakit seolah-olah hanya rumah bagi orang sakit, padahal mereka yang tidak sakit tapi ingin mencegah munculnya penyakit, juga bisa berkonsultasi dengan dokter di sebuah rumah sakit.

Sebegitu pentingkah mengganti istilah rumah sakit dengan rumah sehat? Bagaimana tanggapan para ahli bahasa? Agaknya hal inilah yang bisa menuai pro dan kontra.

Anggaplah istilah rumah sakit sebagai sesuatu yang salah kaprah, tapi bagaimanapun juga, secara umum sudah diterima sebagai hal yang betul.

Kasusnya mungkin sama dengan pemakaian istilah "obat nyamuk", yang dapat ditafsirkan sebagai obat untuk nyamuk, seolah-olah nyamuk yang sakit dibikin jadi sehat.

Padahal, jelas-jelas, sebetulnya obat nyamuk adalah obat pembasmi nyamuk. Namun, karena masyarakat telah menerima dengan baik istilah ini, rasanya tidak ada lagi yang keliru menafsirkan.

Dulu, kalangan ahli bahasa pernah memperkenalkan istilah "obat anti nyamuk", tapi masyarakat tetap lebih suka menggunakan "obat nyamuk".

Kembali ke gebrakan Anies Baswedan, satu hal yang sulit dibantah, seperti telah ditulis di awal tulisan ini, Anies memang penuh kreativitas.

Setelah Anies meninggalkan kursi gubernur, apa lagi yang dilakukannya agar namanya tetap berkibar, sehingga tingkat elektabilitasnya semakin naik menuju Pilpres 2024?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun