Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Perlu Waspada Mengonsumsi Dimsum Glowing, Awet, dan Murah

18 Juli 2022   07:30 Diperbarui: 18 Juli 2022   07:38 1240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh dimsum yang baik untuk dikonsumsi|dok. selerasa.com

Saya menggemari acara liputan investigasi yang ditayangkan salah satu stasiun televisi. Tulisan ini saya tulis setelah menonton acara dimaksud pada Sabtu pagi (16/7/2022).

Kali ini yang diinvestigasi secara terselubung adalah salah seorang pembuat makanan dimsum yang hanya menjual secara online. Dimsum ini cukup laris karena makanannya bisa awet, lebih tahan lama dibanding yang dijual oleh yang lain.

Si peliput dibolehkan datang ke rumah pembuat dimsum dan menyaksikan langsung proses pembutannya, karena ada perantara yang kenal baik dengan pembuat dimsum itu. 

Bahkan, si peliput sudah mengikuti si mbak pembuat dimsum sejak dari berbelanja ke pasar. Tentu, yang dibeli adalah berabagai bahan yang diperlukan untuk memasak dimsum.

Namun, liputan di pasar tersebutlah yang membuat saya terbelalak. Si mbak pembuat dimsum sengaja memilih bahan yang sebetulnya tak layak lagi untuk dimasak.

Karena bahannya tidak layak, tak heran, cukup dengan modal Rp 60.000 saja, sudah mencukupi untuk membuat 120 biji dimsum.

Produk dimsum tersebut dijual Rp 1.500 hingga 2.000 per buah. Bayangkan keuntungan yang diraup si mbak yang menjual Rp 10.000 per bungkus berisi 6 biji.

Hitung-hitungan kasarnya, dengan modal Rp 60.000 itu tadi, akan mendapatkan hasil penjualan Rp 200.000. Keuntungannya sebesar Rp 140.000 atau lebih dari 200 persen dibanding modal semula.

Nah, apa saja bahan yang dibeli si mbak itu? Bahan utamanya adalah ayam yang baunya bikin si peliput mau muntah. Juga udang yang sudah busuk. 

Kemudian, si mbak membeli wortel dan labu siam yang sudah layu. Bahan lain yang diperlukan adalah tepung, bawang dan kecap. 

Kata si mbak tersebut, bawang dan kecap akan mengurangi bau menyengat dari ayam, udang dan sayuran yang dibeli itu tadi.

Nah, satu lagi yang betul-betul menjadi "senjata rahasia" agar produknya awet, adalah boraks. Si mbak ini tahu sekali bahaya boraks, makanya makanan tersebut tidak akan dikonsumsi oleh keluarganya.

O ya, ada lagi bahan untuk mempercantik penampilan dimsum yang dilakukan si mbak tersebut, yakni memberi minyak yang sebetulnya untuk kulit muka. "Agar glowing dimsumnya", kata si mbak.

Sekarang, kita sebagai konsumen perlu waspada. Bila harga dimsum terlalu murah, hanya dijual secara online, awet, dan glowing, harap dicek dulu, atau malah sebaiknya jangan dibeli.

Adapun tindak pencegahannya, kepada pengurus pasar tradisional sebaiknya rajin berkeliling memeriksa barang yang di jual dipasar tersebut.

Sebagai informasi, kisah si mbak di atas, ia membeli ayam, udang dan sayuran di sebuah pasar tradisional yang tidak dijelaskan di mana lokasinya.

Bila ada pedagang yang menjual bahan makanan yang tak layak, harus diberi sanksi dengan tidak memperkenankan menjualnya. 

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) perlu lebih sering melakukan inspeksi ke tempat pembuatan makanan skala rumahan yang terkesan ditutup-tutupi.

Produsen makanan yang baik, akan meracik bahan di rumah mereka secara terbuka, boleh dilihat, dan tempatnya bersih. 

Masyarakat tidak perlu takut karena makanan yang layak konsumsi dan diolah secara sehat, jauh lebih banyak ketimbang yang tidak layak seperti kisah di atas.

Bagaimana bisa dikatakan layak, bila makanan berbahan ayam dan udang busuk serta dicampur boraks itu, sangat berbahaya bagi ginjal dan juga bisa menimbulkan keracunan.

Sebagai pembanding, liputan tersebut juga mewawancarai pembuat dimsum yang diolah dari bahan yang layak konsumsi dan tidak pakai pengawet.

Dimsum tersebut 1 bungkusnya dijual Rp 16.000. Bandingkan dengan harga Rp 10.000 per bungkus dari kisah yang nyeleneh di atas.

Ilustrasi ayam yang dijual di pasar, ayam diperlukan untuk membuat dimsum|Foto: ANTARA, dimuat pelitabaru.com
Ilustrasi ayam yang dijual di pasar, ayam diperlukan untuk membuat dimsum|Foto: ANTARA, dimuat pelitabaru.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun