Kata si mbak tersebut, bawang dan kecap akan mengurangi bau menyengat dari ayam, udang dan sayuran yang dibeli itu tadi.
Nah, satu lagi yang betul-betul menjadi "senjata rahasia" agar produknya awet, adalah boraks. Si mbak ini tahu sekali bahaya boraks, makanya makanan tersebut tidak akan dikonsumsi oleh keluarganya.
O ya, ada lagi bahan untuk mempercantik penampilan dimsum yang dilakukan si mbak tersebut, yakni memberi minyak yang sebetulnya untuk kulit muka. "Agar glowing dimsumnya", kata si mbak.
Sekarang, kita sebagai konsumen perlu waspada. Bila harga dimsum terlalu murah, hanya dijual secara online, awet, dan glowing, harap dicek dulu, atau malah sebaiknya jangan dibeli.
Adapun tindak pencegahannya, kepada pengurus pasar tradisional sebaiknya rajin berkeliling memeriksa barang yang di jual dipasar tersebut.
Sebagai informasi, kisah si mbak di atas, ia membeli ayam, udang dan sayuran di sebuah pasar tradisional yang tidak dijelaskan di mana lokasinya.
Bila ada pedagang yang menjual bahan makanan yang tak layak, harus diberi sanksi dengan tidak memperkenankan menjualnya.Â
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) perlu lebih sering melakukan inspeksi ke tempat pembuatan makanan skala rumahan yang terkesan ditutup-tutupi.
Produsen makanan yang baik, akan meracik bahan di rumah mereka secara terbuka, boleh dilihat, dan tempatnya bersih.Â
Masyarakat tidak perlu takut karena makanan yang layak konsumsi dan diolah secara sehat, jauh lebih banyak ketimbang yang tidak layak seperti kisah di atas.
Bagaimana bisa dikatakan layak, bila makanan berbahan ayam dan udang busuk serta dicampur boraks itu, sangat berbahaya bagi ginjal dan juga bisa menimbulkan keracunan.