Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ada Taman Meksiko dan Griya Anggrek di Kebun Raya Bogor

30 Oktober 2022   04:58 Diperbarui: 30 Oktober 2022   06:30 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah cukup lama saya tidak masuk Kebun Raya Bogor, meskipun saya relatif sering mengelilinginya dari jalan raya yang melingkari kebun yang sudah berusia 2 abad itu.

Ya, objek wisata yang sekaligus sumber ilmu pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan yang jadi kebanggaan masyarakat Bogor itu, (bahkan sebetulnya juga kebanggaan nasional), didirikan pada 18 Mei 1817.

Pada bulan September lalu, ada famili dari kampung (Sumbar) yang jalan-jalan ke Jakarta dan menginap beberapa hari di rumah saya.

Iseng-iseng saja saya tawarkan kepada famili tersebut untuk main ke Bogor, setelah di hari sebelumnya ia main ke beberapa objek wisata di Jakarta.

Saya penasaran saja, mungkin sudah banyak perubahan di Kebun Raya setelah sekitar 4 tahun tidak ke sana. Atau, apakah masih begitu-begitu saja?

Awalnya, saya lumayan kaget ketika tarif masuk Kebun Raya sekarang ini cukup mahal untuk ukuran kantong saya.

Lagipula, seingat saya dulu tarifnya murah. Ya, tarif naik menurut saya wajar-wajar saja karena memang ada faktor inflasi.

Tapi, kenaikannya dibanding 4 tahun lalu, kalau saya tidak keliru, cukup drastis. Memang, saya tidak mengikuti perkembangan kenaikan tarif dari tahun ke tahun.

Kami semuanya 4 orang dan ditambah biaya parkir mobil, terpaksa merogoh kocek lebih dari Rp 150.000.

Perinciannya, karena saya berkunjung di hari Sabtu, terkena biaya per orang Rp 26.500, ditambah mobil Rp 50.000 (tidak pakai sistem jam-jaman).

Taman Meksiko|dok. shutterstock, dimuat sehatq.com
Taman Meksiko|dok. shutterstock, dimuat sehatq.com

Mobil bisa masuk ke dalam kebun, tapi hanya sampai area khusus parkir. Setelah itu kami harus berjalan kaki.

Karena saya sudah membayar mahal, wajar dong saya berharap akan mendapatkan sesuatu yang "lebih", seperti objek wisata lain yang sudah dikelola secara profesional.

Soalnya, saya terlanjur underestimate bahwa objek yang dikelola pemda, biasanya kalah bagus dibanding yang dikelola pihak swasta.

Untunglah, dugaan saya keliru. Sekarang berbagai taman di Kebun Raya terlihat lebih indah, lebih bersih, dan prasarananya juga lumayan.

Kebun Raya sangatlah luas, ada sekitar 87 hektar. Barangkali membutuhkan waktu seharian jika ingin semua sudut kebun dijelajahi.

Sekarang juga banyak pengunjung yang menjadikan Kebun Raya sebagai tempat berolahraga, terutama bersepeda.

Setelah melihat denah Kebun Raya yang dipajang di papan kecil di beberapa titik, saya memutuskan melangkah ke Taman Meksiko.

Saya tidak tahu apakah taman ini termasuk fasilitas baru, tapi saya sendiri belum pernah ke sana.

Griya Anggrek di Kebun Raya|dok. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/aww, dimuat Kompas.com
Griya Anggrek di Kebun Raya|dok. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/aww, dimuat Kompas.com

Tertarik dengan nama Mexico-nya, ternyata di taman tersebut memang banyak ditumbuhi tanaman yang biasa ditemukan di negara terbesar di Amerika Tengah tersebut.

Tanaman kaktus dalam ukuran besar dan indah cukup dominan di taman yang bernuansa gurun tersebut. Kaktus yang ada terdiri dari berbagai jenis.

Cukup banyak spot untuk berfoto yang membuat banyak para remaja memasang aksi agar bisa mejeng di akun media sosialnya.

Setelah itu, kami juga berkunjung ke Griya Anggrek yang merupakan objek terbaru, karena baru diresmikan pada 19 Mei 2022.

Griya Anggrek menjadi tempat mengoleksi berbagai jenis anggrek, sekaligus tempat riset, konservasi, dan wisata.

Seperti telah disinggung di atas, Kebun Raya Bogor sangat luas dan tentu membutuhkan biaya besar untuk memeliharanya.

Akhirnya saya bisa memahami mahalnya harga tiket masuk ke sana, sebanding dengan apa yang bisa dinikmati pengunjung.

Saya sendiri hanya sempat melihat-lihat di seperempat bagian saja. Setelah itu kaki saya sudah tak kuat diajak berkeliling lagi.

Saran saya, mungkin Kebun Raya perlu ada semacam kereta atau odong-odong yang berkeliling kebun seperti di Taman Mini Indonesia Indah atau Taman Buah Mekarsari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun