Bagi yang menonton siaran langsung turnamen Toulon Cup yang berlangsung di kota Toulon, Perancis, pada awal Juni lalu, tentu mengetahui bagaimana perjuangan Timnas U19 Indonesia yang berlaga di sana.
Prestasi Indonesia memang belum seperti yang diharapkan, tapi juga tidak terlalu mengecewakan. Indonesia meraih sekali kemenangan atas Ghana, tapi kalah dari Venezuela dan Meksiko.
Sekarang Timnas U-19 yang berlaga di Toulon tersebut, lagi berjuang untuk meraih gelar juara pada Turnamen Piala AFF U19 2022 yang tengah berlangsung di Jakarta dan Bekasi.
Sangat berbeda sensasinya melihat Timnas U-19 bermain di Stadion Candrabhaga Bekasi, tempat turnamen Piala AFF U19 berlangsung, dibandingkan dengan yang di Toulon.
Di Toulon mereka hanya bermain di stadion kecil dengan kapasitas penonton yang sangat terbatas, yang lebih mirip lapangan untuk latihan.
Padahal, seperti yang telah disinggung di atas, negara yang ikut bertanding di sana adalah timnas remaja dari berbagai belahan dunia, seperti Mexico, Ghana dan Venezuela yang menjadi lawan Indoensia.
Hampir tak ada penonton yang datang langsung ke stadion di Toulon tersebut, kecuali mungkin keluarga pemain atau staf kedutaan dari negara yang sedang tampil di lapangan.
Nah, bandingkan ketika pada hari pertama turnamen Piala AFF U19 2022, Indonesia berhadapan dengan Vietnam, penonton terlihat membludak.
Mereka tak sekadar menonton, tapi melakukan berbagai atraksi, seperti meneriakkan yel-yel, aksi koreografi bergaya teaterikal, bernyanyi bersama, membentangkan poster atau bendera raksasa, dan sebagainya.
Tapi, sangat disayangkan ada pula penonton yang sudah kelewat batas, seperti menyalakan flare yang bisa mengganggu jalannya pertandingan, bahkan bisa membahayakan sesama para penonton itu sendiri.
Aksi berbahaya tersebut sebetulnya bisa berakibat fatal, karena terancam jatuhnya sanksi dari federasi sepak bola, baik PSSI maupun AFF, AFC, atau bahkan FIFA.Â
Timnas U-19 negara lain yang di negaranya mungkin jarang permainannya ditonton oleh ribuan orang, merasa kaget, tapi sekaligus excited, melihat betapa antusiasnya penonton di Indonesia.
Seperti komentar pelatih Vietnam yang mengakui di satu sisi mereka senang dengan ramainya penonton, tapi di sisi lain permainan anak asuhnya kurang berkembang karena tekanan penonton.
Ya, begitulah kegairahan suporter sepak bola di negara kita, tidak pandang bulu, dari timnas senior hingga timnas remaja pun didukungnya secara total dengan datang langsung ke stadion.
Jangankan timnas remaja, laga tarkam (antar kampung) saja disesaki oleh penonton. Sayangnya, adu jotos antar suporter masih sering terjadi pada laga tarkam.
Tentunya fenomena tersebut menjadi modal bagi perkembagan sepak bola di tanah air, asal tindakan anarkis para suporter bisa dikikis habis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H