Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memborong Makmin di Swalayan, Mau Hemat Jadi Boros

28 Juni 2022   05:22 Diperbarui: 28 Juni 2022   05:33 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belanja di swalayan|Foto: Esti Widiyana/Detik.com

Jika lagi menemani istri berbelanja di pasar swalayan, sambil mengantre di kasir, saya suka melirik belanjaan para pengantre yang lain. 

Rata-rata mereka berbelanja dalam satu troli yang menggunung karena penuh sesak. Bahkan, tak sedikit pengunjung yang menggunakan 2 troli.

Swalayan tempat saya sering berbelanja memang terkenal dengan harganya yang lebih miring ketimbang swalayan lain. Tak heran bila pelanggannya ramai.

Pelanggan akan lebih ramai lagi pada hari Sabtu dan Minggu di akhir bulan dan awal bulan. Tentu, karena ini berkaitan dengan tanggal gajian perusahaan swasta dan pegawai negeri.

Tapi, ada pula sebagian kecil pengunjung yang terlihat memborong berbagai jenis barang yang saya duga untuk dijual kembali di warungnya.

Dugaan saya itu karena melihat penampilannya yang lebih terkesan sederhana dan ada daftar belanja panjang yang dipegangnya di secarik kertas.

Tiap sebentar daftar tersebut diliriknya dan sewaktu barang dihitung oleh kasir, orang yang saya duga pedagang warung itu sangat serius memperhatikan harga yang dientri kasir.

Namun, sebagian besar pengunjung saya kira bukanlah pedagang. Artinya, mereka belanja untuk dikonsumsi sendiri atau hanya sebatas untuk keluarganya.

Tentu, ada juga yang berbelanja untuk nantinya disuguhi kepada tamu yang datang ke rumah secara mendadak. Malu juga bila ada tamu tanpa disuguhi apa-apa.

Yang berbelanja untuk dikonsumsi sendiri, kebanyakan tidak pakai daftar belanja. Mereka main hantam saja. Nah, inilah yang menjadi perhatian saya.

Soalnya, banyak juga yang berbelanja untuk dikonsumsi sendiri, namun membeli dalam jumlah yang banyak, tak kalah dengan mereka yang membeli untuk dijual kembali.

Contohnya, pelanggan yang melihat minuman berpemanis yang disukainya, langsung membeli beberapa kardus. Demikian juga untuk biskuit merek tertentu serta jenis makanan lainnya.

Saya berpikir, berbelanja sebanyak itu, apakah tidak berlebihan? Apakah mereka mampu menghabiskannya sebelum datang masa kedaluwarsa?

Atau, mungkin pelanggan tersebut sering kedatangan famili atau kerabat. Bisa juga karena mau mengadakan acara kumpul-kumpul seperti arisan, pengajian, dan sebagainya.

Memang, jenis makanan dan minumam (sering disingkat dengan "makmin") merupakan barang yang paling banyak diborong di berbagai pasar swalayan.

Pendapat saya pribadi, untuk makmin yang dikonsumsi keluarga sendiri, tidak perlu main borong seperti itu. Jika akhirnya ada sebagian makmin yang terbuang, bukankah menjadi mubazir?

Boleh jadi ada yang berpendapat bahwa dengan memborong makmin tersebut, akan lebih efisien. Perhitungannya, kita telah menyetok untuk kebutuhan sekian lama. 

Adapun jika kita membeli dalam jumlah yang sedikit, tapi konsekuensinya setiap minggu ke swalayan, akan boros biaya bahan bakar kendaraan, ongkos parkir, serta kehilangan waktu untuk bersantai.

Saya tidak menolak pendapat seperti itu. Yang saya ingin tekankan, perlu cermat dalam berbelanja, baik jenisnya maupun jumlahnya.

Jangan sampai tujuan kita sebetulnya ingin berhemat, tapi setelah dihitung-hitung lagi jatuhnya lebih boros, bila sebagian makmin yang dibeli tergeletak begitu saja. 

Maksudnya,  makmin tersebut tidak dikonsumsi, lalu tahu-tahu sudah memasuk masa kedaluwarsa, mau tak mau terpaksa dibuang.

Bahkan, kalaupun ada makmin yang lagi didiskon, jangan langsung kalap. Biasanya makmin yang didiskon tersebut yang hampir memasuki masa kedaluwarsa.

Lagipula, bukankah sekarang ini cukup gampang berbelanja secara online? Kalau tiba-tiba kehabisan stok makmin yang disukai, tinggal pencet-pencet hape saja sambil rebahan.

. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun