Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Atasan Pukul Bawahan, Emosi Bukan Solusi

4 Juli 2022   07:02 Diperbarui: 4 Juli 2022   07:11 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun tidak terlalu ramai diberitakan, beberapa waktu lalu, ada kejadian menarik di sebuah kantor pemerintah yang menjadi contoh tidak baik dalam hubungan kerja antara atasan dan bawahan.

Kejadian tesebut, tepatnya terjadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Bekasi, Senin (6/6/2022). Ketika itu, seorang atasan di kantor itu berinisal MAZ memukul bawahannya, DA.

Kompas.com (8/6/2022) memberitakan bahwa akibat pukulan tersebut, DA tersungkur dan dibawa ke RS Mitra Keluarga Bekasi Timur.

Adapun penyebab terjadinya pemukulan, karena DA diberi suatu pekerjaan yang oleh MAZ dinilai korban belum mengerjakannya sampai tenggat waktu yang ditetapkan.

Tulisan di bawah ini tidak bermaksud membahas lebih jauh kejadian di atas. Cukup sudah hal itu terjadi sebagai pelajaran bagi semua orang kantoran.

Bahwa menyelesaikan sebuah persoalan dengan aksi pemukulan, bukan saja tidak efektif, malah menjadi suatu hal yang kontra produktif.

Terlepas dari kasus tersebut, memelihara hubungan kerja yang harmonis antara atasan dan bawahan, sangat diperlukan. 

Atasan secara struktur organisasi memang punya kekuasaan. Makanya, di era jadul, konon atasan yang melakukan kekerasan fisik kepada bawahannya, dianggap hal biasa.

Namun, sejak rata-rata pendidikan masyarakat kita semakin membaik dan kesadaran hukum serta pengetahuan tentang etika dalam bekerja semakin meningkat, sangat langka atasan memukul bawahan.

Memukul, apapun alasannya, identik dengan kegagalan dalam mengendalikan emosi. Mengambil suatu keputusan atau tindakan berdasarkan emosi, bukan solusi yang bijak.

Toh, tanpa memukul pun seorang atasan bisa menghukum bawahan sesuai dengan tata kelola yang berlaku di suatu kantor.

Biasanya, terhadap pelanggaran yang dilakukan bawahan, jika itu baru pertama kali dilakukan, cukup diberikan teguran oleh atasan secara lisan. Bila tidak mempan, baru diberikan surat peringatan (SP).

SP pun juga ada tingkatannya, mulai dari SP 1, hingga SP 3 yang disebut juga peringatan terakhir. Setelah SP 3, seandainya bawahan masih bikin ulah, bisa dihukum dengan memberikan skorsing.

Bahkan, pada akhirnya si bawahan tentu bisa dipecat, jika kesalahannya sudah tidak bisa lagi ditolerir. Sebelum pemecatan, di banyak kantor ada yang namanya sanksi penurunan pangkat, yang berarti juga penurunan gaji.

Atasan yang lembek, membiarkan bawahan berbuat semaunya, adalah cerminan kepemimpinan yang tidak berjalan dengan baik. Bagaimanapun kewibawaan atasan itu penting.

Namun, kewibawaan tidak berarti atasan harus sering mengumbar kemarahan dengan emosional. Justru itu akan merendahkan kewibawaan atasan.

Beri hukuman bawahan secara tegas sesuai aturan yang berlaku. Setelah itu tetap jaga hubungan baik dengan bawahan. 

Atasan yang bijak akan sering berkomunikasi dengan bawahan agar bisa menyelami apa kendala yang dihadapi bawahan dalam menyelesaikan pekerjaan.

Dengan demikian, terhadap kendala itu, bisa dicarikan solusi terbaik, sehingga bawahan tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama.

Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang rutin melakukan pelatihan terhadap para pegawainya, sehingga mereka semuanya mampu melaksanakan tugas dengan baik.

Bahkan, pelatihan juga diberikan pada para atasan, tentu dengan materi yang berbeda, dengan lebih menekankan pada leadership skill.

Melalui pelatihan tersebut, seorang atasan akan menjadi atasan yang baik, dan seorang bawahan juga akan menjadi bawahan yang baik.

Bawahan yang punya potensi, bisa dikembangkan kemampuannya, sehingga pada waktunya akan mendapat promosi, menjadi atasan baru.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun