Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bukan Utopia, Pancasila Jalan Tengah untuk Peradaban Dunia

1 Juni 2022   17:01 Diperbarui: 1 Juni 2022   17:12 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. freepik.com, dimuat tribunnews.com

Perang Rusia-Ukraina yang semula diduga akan cepat berakhir, ternyata sampai saat ini masih berlangsung. Ukraina memang negara kecil jika dibandingkan dengan Rusia sebagai negara raksasa.

Tapi, perang tersebut juga merupakan perang antar dua kekuatan terbesar di dunia. Soalnya, di belakang Ukraina ada dukungan dari Amerika Serakat (AS) dan banyak negara Eropa bagian barat.

Jadi, tak berlebihan jika perang tersebut dipersepsikan sebagai perang ideologi. Nah, berbicara tentang ideologi, kita di Indonesia sangat pantas untuk bersyukur karena memiliki falsafah Pancasila.

Hamdan Zoelva, Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2013-2015, menagatakan bahwa Pancasila adalah jalan tengah dari semua ideologi yang berbeda dan menyatukan semua perbedaan yang ada (Antaranews.com, 12/6/2020).

Seandainya semua golongan di Indonesia tidak menemukan jalan tengah tersebut, kondisi negara kita pasti tidak sebaik sekarang. Ya, meskipun sekarang juga sebetulnya bukan tanpa cela.

Buktinya korupsi masih saja sering terjadi. Selain itu, ada masalah dari gerakan radikalisme yang bergerak diam-diam ingin mengganti falsafah negara, dan disinyalir masih tetap eksis. 

Tapi, jika tanpa Pancasila, Indonesia mungkin sudah tercerai berai. Soalnya, Indonesia terdiri dari banyak suku, agama, bahasa ibu, serta adat dan budaya yang berbeda-beda.

Kalau masing-masing kelompok ingin menjadi yang paling berkuasa, tentu kelompok lain tidak bisa menerima. Karena adanya Pancasila-lah, kita menjadi bersatu dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Nah, sekarang ini, dengan melihat perkembangan pertarungan antar kekuatan raksasa di pentas global, tak berlebihan kiranya jika Indonesia bisa berkontribusi positif.

Salah satu strateginya, kita berupaya mengangkat Pancasila sebagai jalan tengah untuk peradaban dunia. Sehingga, beberapa negara yang sekarang terlibat konflik, diharapkan bisa duduk bersama mencari titik temu.

Titik temu tersebut akan tercapai bila masing-masing mau menerima jalan tengah. Kurang lebih, setiap negara harus mampu mengurangi egonya masing-masing.

Itu bisa dicapai dengan bermusyawarah, mempertimbangkan faktor kemanusiaan, dan unsur lain yang sejalan dengan lima sila dalam Pancasila.

Setelah itu, ketertiban dunia akan lebih terjamin, masing-masing negara bergandengan tangan dengan negara lain, bekerja sama untuk kesejahteraan bersama.

Apakah mengangkat Pancasila ke level global merupakan utopia, too good to be true, atau sesuatu yang masih bersifat "khayalan"? 

Atau, jangan-jangan ada yang ngledek, kita saja belum konsisten menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, masak sudah berkoar mau "mengekspor" Pancasila.

Begini, bahwa Pancasila masih belum diterapkan secara baik oleh sebagian masyarakat, memang betul. Bukankah, di media sosial hujatan antar kelompok yang berbeda haluan politik, masih muncul?

Namun, tak ada salahnya Indonesia semakin berperan dalam mewarnai peradaban dunia, karena kita punya konsep yang sangat bagus, yakni Pancasila itu tadi.

Untuk itu, sambil kita bersama-sama mencoba konsisten memahami, menghayati, dan mengamalkan Pancasila, para diplomat dan diaspora Indonesia di luar negeri juga berupaya mem-Pancasila-kan dunia.

Tentu, sikap pemerintah RI yang independen, tidak memihak negara adikuasa mana pun, akan membantu secara tak langsung mengkampanyekan Pancasila.

Ingat, ada amanah dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi:".....ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.....".

Itulah sedikit perenungan dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila 2022 yang kita peringati bersama pada 1 Juni 2022 ini. Presiden Joko Widodo pada tahun ini sengaja memilih kota Ende, Nusa Tenggara Timur, sebagai tempat upacara.

Sejarah lahirnya Pancasila tak bisa dilepaskan dari kota Ende, karena di kota inilah Soekarno pernah tinggal sebagai tahanan Belanda (1934-1938).

Nah, dalam berbagai referensi disebutkan bahwa gagasan Pancasila diperoleh Bung Karno saat merenung di bawah rindangnya sebuah pohon sukun di Ende.

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun