Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Swasta Makin Mahal, tapi Ada Sekolah "Master" yang Gratis

30 Mei 2022   06:03 Diperbarui: 30 Mei 2022   06:08 1659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada pertengahan dekade 70-an, di kota kelahiran saya, Payakumbuh, Sumatera Barat, dari sekitar 10 SMP yang ada, hanya 2 SMP yang top, yakni SMP Negeri 1 dan SMP Fidelis.

SMP Fidelis merupakan sekolah swasta Katolik, namun sebagian besar siswanya beragama Islam. SMP ini jauh lebih unggul dari SMP Muhammadiyah, meskipun mayoritas warga Payakumbuh adalah warga Muhammadiyah.

Ketika itu selain ada SMP Fidelis dan SMP Muhammadiyah, ada satu lagi SMP swasta di Payakumbuh, yakni SMP Taman Siswa. 

Ada juga sekolah negeri kejuruan, yaitu Sekolah Kepandaian Putri (SKP), Sekolah Teknik (ST) dan Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP).

Boleh dikatakan bahwa anak-anak yang tidak diterima di sekolah negeri, bersekolah di SMP Muhammadiyah atau SMP Taman Siswa.

Sedangkan yang masuk SMP Fidelis bukan anak "buangan", melainkan dari awal memang sudah menjadi tujuan dari orang tua atau dari siswanya sendiri. 

Hampir semua anak keturunan Tionghoa di Payakumbuh bersekolah di SMP Fidelis, baik yang beragama Kristen maupun Budhha. Di Payakumbuh, ada suatu kawasan yang dinamakan Kampung Cina.

Namun, tetap saja anak-anak yang beragama Islam lumayan banyak yang sengaja sekolah di SMP Fidelis karena melihat mutu pendidikannya yang bagus dan lebih disiplin dari sekolah lain.

Hanya saja, tentu biaya SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan) di SMP Fidelis lebih mahal, sehingga kemampuan ekonomi orang tua ikut menetukan agar anaknya bisa sekolah di SMP tersebut.

Saya sendiri bersekolah di SMP Negeri 1. Jadi, tidak tahu persis seberapa mahal SPP di SMP Fidelis. Tapi, dugaan saya tidak mahal-mahal amat, masih cukup terjangkau oleh keluarga kebanyakan.

Soalnya, tetangga saya yang orang tuanya berprofesi sebagai pengemudi bus antar kota, semua anak-anaknya disekolahkan di SMP Fidelis.

Kondisi sekolah pada tahun 70-an tersebut mungkin sudah jauh berbeda dengan yang kita temukan saat ini. Dari pengamatan sekilas, sekolah swasta sekarang terkesan makin berorientasi bisnis.

Bahkan, ada sekolah yang dikelola yayasan keagamaan atau yang namanya dipersepsikan dengan agama tertentu, juga diduga bermotif komersial.

Makanya, sekolah negeri tetap jadi pilihan mayoritas para orang tua murid. Bahkan, di daerah tetentu, sudah menggratiskan SPP untuk sekolah negeri hingga level SMA dan sederajat.

Hanya saja, sekolah negeri pun secara tak langsung oleh masyarakat ada yang dianggap unggulan, dan ada yang bukan. Terhadap yang unggulan, orang tua murid biasanya membayar uang komite yang relatif mahal.

Biaya yang pasti dikeluarkan tanpa memandang label unggulan atau tidak, adalah biaya pakaian seragam, pembelian buku, biaya kegiatan ekstrakurikuler sesuai minat siswa dan biaya study tour.

Adapun sekolah swasta seakan terbelah dua. Ada yang bermutu bagus dengan fasilitas lengkap, tapi mahal. Ada yang bermutu pas-pasan dengan fasilitas apa adanya dan SPP-nya relatif terjangkau bagi anak-anak dari kalangan kelas bawah. 

Viva.co.id (14/3/2022) menulis tentang sekolah-sekolah termahal di Indonesia. "Juara" termahal adalah Jakarta Intercultural School (JIS) yang siswanya banyak anak-anak ekspatriat.

Total biaya yang harus dikeluarkan per tahun agar bisa bersekolah di JIS adalah Rp 496,5 juta. Biaya tersebut terdiri dari uang masuk, uang pendaftaran, uang pengembangan, dan uang sekolah. Itu pun masih di luar biaya  transportasi sekolah sebesar Rp 72,8 juta.

Namun, tidak semua sekolah swasta itu mahal dan komersial. Ada juga sekolah yang didirikan untuk tujuan sosial.

Kita juga perlu mengapresiasi sekolah swasta tertentu yang dengan fasilitas seadanya, telah berperan besar menampung anak-anak yang tinggal di kawasan kumuh.

Ada sekolah yang menggunakan ruangan di kolong jembatan dengan murid anak-anak pemulung. Di Depok, Jawa Barat, ada Sekolah Master Indonesia, di mana arti master adalah Masjid Terminal, tempat sekolah itu berada.

Sekolah Master tersebut gratis untuk anak-anak jalanan dan anak-anak dari keluarga tak mampu lainnya.

Kesimpulannya, sekolah swasta negeri, masing-masing punya kelebihan. Tapi, secara umum, yang menjadi buruan mayoritas orang tua murid adalah sekolah negeri. 

Sedangkan keluarga kaya yang fanatik dengan sekolah berfasilitas lengkap dan sudah punya nama terkenal, memilih sekolah swasta elit.

Syukurnya, sekarang banyak pula penggiat pendidikan yang peduli pada pendidikan anak-anak dari keluarga tidak mampu. Dengan fasilitas seadanya, mereka memberikan pendidikan gratis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun