Melihat tingkah para remaja dan anak muda dalam menikmati makanan, saya sering geleng-geleng kepala. Saya menangkap kesan, saat ini makanan yang berbumbu pedas level tinggi, semakin digemari.
Coba perhatikan iklan makanan di televisi. Cukup banyak yang menonjolkan aspek kepedasannya. Lalu, aksi bintang iklannya terlihat menahan pedas seperti "terbakar" lidahnya, namun ironisnya dengan ekspresi penuh bangga. Â
Memang, ada sensasi tersendiri saat makan pedas. Tapi, wajarkah kalau itu dibangga-banggakan? Apakah mereka yang kuat makan makanan super pedas berarti manusia hebat?
Entah sejak kapan, sepertinya kebanggaan mampu makan pedas, telah "menular" ke banyak orang, khususnya anak muda dan remaja.
Apalagi, berbagai makanan jadi, pada labelnya mencantumkan level kepedasannya. Contohnya, level 1 yang paling tidak pedas hingga level 15 yang super duper pedas.
Kalau tidak keliru, mungkin belasan tahun lalu, produsen kripik di Bandung dengan brand "Maicih" yang memelopori istilah level kepedasan, dengan menggunakan level 1 hingga 10.
Keripik Singkong Maicih menuai sukses berkat rajin berpromosi di media sosial, sehingga terkenal tidak hanya di Bandung, tapi juga se-nusantara.
Kemudian, produsen makanan lain ikut-ikutan mengeluarkan produk dengan beberapa variasi level kepedasan. Dan ada permainan "psikologis", mereka yang berani mengonsumsi level tertinggi dipersepsikan sebagai jagoan.Â
Itulah yang membuat mereka bangga. Jagoan makan pedas atau tukang makan pedas, sebuah "gelar" yang mungkin dianggap terhormat.
Halodoc.com (15/1/2020) menjelaskan bahwa sebenarnya pedas bukanlah rasa. Pedas merupakan suatu sensasi yang muncul akibat zat kimia bernama capsaicin.
Dan perlu diingat, ternyata lumayan banyak bahayanya makanan pedas. Bahaya tersebut, antara lain seperti ditulis di bawah ini.
Pertama, bisa mengalami nyeri perut karena naiknya asam lambung. Hal ini berawal dari iritasi dinding lambung akibat makan cabai terlalu banyak.
Kedua, banyak orang yang merasa perutnya mulas setelah makan pedas. Rentetan berikutnya bisa menyebabkan diare karena makanan pedas mempercepat gerakan di usus.
Ketiga, mengalami gastritis atau maag akut. Terlalu banyak atau terlalu sering makan makanan pedas bisa meyebabkan rapuhnya permukaan lambung. Kemudian, bisa menyebabkan lambung terluka dan peradangan pada lapisan lambung.
Keempat, untuk sebagian orang, makan pedas memicu refluks asam, yakni adanya aliran balik dari isi lambung ke kerongkongan. Kondisi inilah yang menyebabkan rasa panas seperti terbakar pada saluran kerongkongan.
Kelima, bisa menyebabkan insomnia atau kesulitan untuk tidur. Hal ini karena saat makan pedas, suhu tubuh akan meningkat dan berkeringat. Kemudian, juga mengaktifkan hormon kimia yang membuat sesorang tetap terjaga di malam hari.
Keenam, keseringan makan pedas akan mengurangi sensitivitas lidah. Kalau lidah kurang sensitif, tidak lagi berfungsi optimal untuk menentukan porsi makanan pedas yang dapat ditolerir.
Sudah paham ya, bahaya makan pedas? Nah, bagi Anda yang bangga bisa makan super pedas, boleh-boleh saja. Tapi, jangan sampai menjadi kebiasaan. Maksudnya jangan terlalu sering atau terlalu banyak. Jika sekadarnya saja, malah bermanfaat.
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H