Bagi mereka yang sudah punya penghasilan yang cukup, dalam arti bisa menutupi kebutuhan sehari-hari, sudah saatnya mulai berpikir untuk berinvestasi jika ada kelebihan uang.
Gaya hidup konsumtif dengan menghabiskan uang untuk berbelanja, perlu sedikit ditahan. Sebagian di antara dana tersebut sebaiknya disisihkan untuk membeli berbagai instrumen investasi.
Hasil dari investasi tersebut sangat penting demi kehidupan yang nyaman di masa depan. Apalagi, bagi orang yang bekerja di tempat yang tidak memberikan fasilitas uang pensiunan bulanan bagi karyawannya yang telah pensiun.
Jika seseorang memulai investasi pada usia yang masih muda, katakanlah usia 25 tahun, maka pada saat pensiun di usia 60 tahun, tentu sudah punya akumulasi hasil investasi yang memadai.
Apa saja instrumen investasi dimaksud? Biasanya yang lazim dilakukan oleh para investor adalah membeli instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal.
Contoh instrumen dimaksud adalah saham, obligasi yang diterbitkan pemerintah atau perusahaan swasta, dan reksadana.Â
Investasi dalam bentuk saham bisa memberikan keuntungan yang tinggi karena pergerakan harganya yang melonjak tajam, tapi juga bisa mendatangkan kerugian besar ketika harganya anjlok.
Sedangkan obligasi dan reksadana relatif lebih rendah risikonya ketimbang saham, namun potensi keuntungannya juga tidak setinggi saham.
Seseorang yang membeli produk di atas, bisa bertujuan untuk ditahan selama jangka panjang (untuk saham) atau sampai jatuh tempo (untuk obligasi atau surat utang lainnya).
Adapun keuntungannya adalah berupa dividen (bagian laba tahunan yang dibagi kepada pemegang saham oleh perusahaan penerbit saham) dan berupa bunga (untuk obligasi dan reksadana).