Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mentraktir atau Ditraktir di Rumah Makan Padang? Ini Etikanya

15 Mei 2022   05:40 Diperbarui: 15 Mei 2022   06:38 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi aneka lauk di RM Padang|dok. orangemagz.com

Saling mentraktir makan sudah merupakan kebiasaan banyak orang di negara kita. Bukan hanya pada momen khusus seperti pada hari ulang tahun seseorang atau saat kelulusan, tapi juga di hari-hari biasa.

Soalnya, budaya kita jika makan di luar rumah, umpamanya kita makan di restoran, kita ingin dilakukan secara ramai-ramai dengan anggota keluarga besar atau dengan teman kerja, teman sekolah, dan sebagainya.

Memang, rasanya tidak nyaman kalau makan sendiri saja. Sedangkan kalau kita mengajak teman lain untuk makan, ada semacam hukum tidak tertulis bahwa yang mengajak yang akan membayar. Artinya yang mengajak sekaligus mentraktir.

Nah, di antara banyak sekali jenis rumah makan dan restoran, baik dengan cita rasa internasional maupun lokal, Rumah Makan (RM) yang menyediakan masakan Minang atau yang sering disebut sebagai RM Padang, termasuk gampang ditemukan.

Boleh dikatakan RM Padang tidak hanya disukai di Sumbar, tapi sudah bersifat nasional karena tersebar di semua penjuru tanah air serta disukai oleh banyak orang dari berbagai suku.

RM Padang punya ciri khas dalam pelayanannya. Salah satu ciri khas tersebut adalah menyajikan semua jenis lauk masing-masing dalam piring kecil.

Ketika pelanggan sudah memilih tempat duduk, pelayan RM Padang tidak menyodorkan daftar menu seperti di restoran pada umumnya, tapi semua menu langsung dihidangkan di atas meja dalam banyak piring kecil itu tadi.

Jangan mengira semua yang dihidangkan harus dihabiskan. Yang akan kita bayar hanya yang kita makan saja. Yang tidak dimakan, akan diambil lagi oleh pelayan.

Jika Anda lagi mentraktir, mata Anda tak usah memelototi apa saja lauk yang diambil teman-teman Anda. Aneka lauk di depan mata pasti akan menerbitkan selera. 

Doakan saja dalam hati agar teman yang Anda traktir tidak akan makan dengan gaya kalap. Tapi, serakus-rakusnya seseorang, tentu kalau sudah kenyang akan berhenti makan. 

Ikhlaskan saja. Memang, untuk mentraktir, pastikan uang Anda lebih dari cukup, termasuk jika jumlah yang dibayar melebihi perkiraan semula.

Tapi, jika Anda ditraktir, maka sebaiknya jangan main hantam saja, mentang-mentang bukan uang dari kantong Anda.

Jika Anda memilih lauk di sebuah piring, kalau yakin tidak bisa menghabiskan, ajak parohan dengan teman lain. Soalnya, Anda ambil setengah porsi gulai cincang, tetap dihitung satu porsi.

Demikian juga untuk sambalado hijau atau lauk lain yang menyatu dalam satu piring seperti teri balado, sayur nangka, dan sebagainya.

Ada juga yang bisa diambil meskipun tidak habis sepiring. Misalnya, dalam piring kecil terdapat 2 potong ayam pop. Jika, Anda mengambil satu potong, yang dibayar yang satu potong itu.

Yang seperti ayam tersebut juga berlaku untuk telur balado, dendeng batokok, rendang daging, perkedel, gulai tunjang (kikil), dan semua hidangan yang jelas satuan atau potongannya.

Masalahnya bukan semata etika kita kepada teman yang mentraktir, tapi juga agar kita tidak berperilaku mubazir. Ingat kata Pak Ustaz, mubazir itu temannya setan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun