Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Tradisi Membeli Mainan Saat Lebaran Tersaingi Game Online

9 Mei 2022   06:04 Diperbarui: 9 Mei 2022   06:36 1208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar Gembrong, pusat penjualan mainan anak di Jakarta|dok. TribunJakarta.com/Bima Putra, dimuat tribunnews.com

Memberi THR atau salam tempel kepada anak-anak di saat lebaran sudah menjadi tradisi sejak dulu di negara kita. Boleh dikatakan di semua daerah hal ini berlaku.

Sudah menjadi tradisi pula, setelah anak-anak mengumpulkan uang THR, selanjutnya akan dibelanjakan ke barang mainan. Makanya, masa panen raya para pedagang mainan anak-anak memang pada libur lebaran.

Hanya, jenis mainan dari masa ke masa tentu saja berbeda-beda. Perkembangan teknologi ikut membentuk trend mainan anak-anak.

Kalau di zaman saya masih anak-anak di dekade 1960-an hingga 1970-an, dengan main balon, petasan, atau kembang api, sudah menjadi hal yang menyenangkan.

Di zaman anak-anak saya masih kecil di dekade 1990-an dan awal 2000-an, mereka masih membeli mainan mobil-mobilan yang bisa adu balap pakai remote.

Surga mainan anak-anak di Jakarta yang terkenal adalah Pasar Gembrong yang berada di Jakarta Timur, dan saya sempat beberapa kali belanja di situ.

Pasar Gembrong tersebut lebih banyak menyediakan mainan dengan harga yang terjangkau. Memang, yang disasarnya adalah anak-anak dari keluarga kelas menengah ke bawah.

Untuk anak-anak dari keluarga kelas atas, tersedia tempat lain yang lebih mewah yang ada di mal-mal. Miniatur mobil, kereta api, pesawat, dan miniatur karakter di film-film animasi atau film superhero, menjadi koleksi berharga mahal.

Ada berita duka dari Pasar Gembrong. Beberapa hari menjelang lebaran yang lalu, beberapa kios di sana terbakar. Tentu, bagi pedagang mainan yang terkena musibah, ini pukulan berat, karena mereka adalah para pedagang kecil.

Keuntungan yang sudah di depan mata bakal diraup saat lebaran, hanya tinggal mimpi. Bahkan, modal pun ikut ludes jadi abu.

Tapi, terlepas dari soal musibah kebakaran tersebut, kejayaan Pasar Gembrong memang sudah berada pada tahap menurun. Soalnya, anak-anak sekarang banyak yang kurang tertarik lagi dengan mainan seperti yang dijual di pasar itu.

Seperti yang saya perhatikan saat lebaran kemarin, anak-anak di lingkungan keluarga besar saya sudah pada main game di gawai masing-masing.

Bahkan, tak sedikit anak-anak yang jadi ketagihan main game online yang sebetulnya ditujukan buat kalangan remaja dan dewasa.

Jangan-jangan uang THR yang diterima anak-anak akan ludes untuk membeli gawai, membeli paket internet, atau untuk game yang berbayar.

Sungguh, sulit membayangkan jika anak-anak pegang gawai tanpa pengawasan orang tua. Terlalu banyak dampak negatifnya bagi kesehatan mata, perkembangan mental dan kemampuan bersosialisasinya.

Namun, jika didampingi orang tua, gawai bisa bermanfaat bagi si anak karena bisa menjadi alat edukasi dan hiburan yang sehat.

Akhirnya, yang butuh barang mainan adalah bayi yang belum paham soal gawai. Namun, anak usia 2 tahun sudah banyak yang kecanduan memegang gawai.

Nah, berkaitan dengan review mainan anak di masa sekarang, yang diperlukan bukan hanya untuk mainan tradisional, tapi juga mainan berupa aplikasi yang tersedia di platform digital.

Jika mainan tradisional yang lebih diperhatikan adalah aspek keamanan secara fisik, game di gawai lebih fokus pada dampaknya bagi keamanan secara mental. Jangan sampai terpapar konten "dewasa".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun