Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

"Maanta Pabukoan", Tradisi Silaturahmi Menantu-Mertua di Sumbar

19 April 2022   05:22 Diperbarui: 19 April 2022   05:26 1935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi arak-arakan ibu-ibu membawa makanan di Sumbar|dok. direktoripariwisata.id

Saya punya Pak Etek (adik dari ayah dalam bahasa Minang) yang menikah dengan seorang wanita dari keluarga terpandang di Payakumbuh, Sumbar. 

Ya, tentu soal "terpandang" tersebut bersifat relatif. Tapi, untuk ukuran kota kecil seperti Payakumbuh, mertua dari Pak Etek tersebut memang tergolong kaya.

Kenapa saya merasa perlu menuliskan soal "keluarga terpandang"? Karena ada kaitannya dengan berbagai tradisi Minang yang oleh pihak keluarga istri Pak Etek dilakukan secara besar-besaran, yang menimbulkan decak kagum warga setempat yang melihatnya.

Saya masih SD di awal dekade 70-an ketika Pak Etek menikah. Ketika itu berbagai acara adat terkait pernikahan masih dipegang teguh, berbeda dengan sekarang yang cenderung serba praktis dengan menggelar acara di gedung untuk waktu yang terbatas.

Selain itu, ada tradisi masyarakat Minang tempo dulu yang dilakukan di bulan puasa, yakni "maanta pabukoan" atau mengantar makanan takjil untuk berbuka puasa dari menantu wanita kepada keluarga mertuanya.

Nah, pada puasa tahun pertama setelah pernikahan Pak Etek, sekitar pada salah satu hari di puasa minggu kedua, saya merasa kaget dengan begitu panjangnya arak-arakan ibu-ibu dari keluarga istri Pak Etek ke rumah nenek saya sebagai ibu mertuanya.

Rombongan besar tersebut datang pada sore hari setelah salat Ashar. Iring-iringan tersebut dilakukan dengan berjalan kaki sejauh lebih kurang 1 km, dari rumah besan nenek ke rumah nenek.

Kalau satu orang menjunjung satu wadah berisi makanan dan anggota rombongan sekitar 25 orang ibu-ibu, tentu bisa dibayangkan betapa banyaknya makanan yang dibawa. Makanan tersebut tidak hanya aneka takjil, tapi juga lauk pauk untuk makan malam.

Memang, dalam tradisi Minang, pada tahun awal perkawinan, menantu perempuan akan mengantar makanan dalam jumlah yang banyak.

Tentu, di awal usia perkawinan, menantu sengaja membawa banyak makanan dalam rangka menarik perhatian mertua. Apalagi, bila sang menantu berasal dari keluarga terpandang, akan gengsi bila membawa makanan ala kadarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun