Perlu penelitian lebih lanjut, apakah hal tersebut hanya terjadi di kota besar seperti Jakarta, atau juga terjadi di kota-kota kecil, mengingat pasar swalayan sudah merambah hingga kota kabupaten, bahkan juga di kota kecamatan.
Soalnya, yang paling heboh di media sosial berkomentar pedas soal kenaikan harga barang, rata-rata juga warga kota besar. Tapi, warga kota besar pula yang tetap berbelanja seperti orang kalap.
Bagaimana tidak kalap? Saya tidak menemukan minyak goreng yang biasa kami pakai. Kata petugasnya, banyak pelanggan yang memborong, meskipun harganya sudah naik.
Ada juga barang kebutuhan pokok yang menurut saya naik tajam, tapi relatif tidak terlalu heboh di media massa, seperti sabun deterjen dengan merek terkenal.
Saya ingat pada Januari lalu, harganya untuk ukuran 1,8 kilogram masih di Rp 30 ribuan, lalu Maret lalu sudah Rp 50 ribuan dan sekarang menjadi Rp 61.000.
Saya mengira di swalayan lain bisa jadi harganya lebih tinggi lagi, karena pasar swalayan langganan saya memang terkenal paling murah.
Akhirnya, heboh-heboh soal kenaikan harga seperti tidak berdampak. Pengusaha paham betul menghadapi heboh-heboh tersebut dengan menerapkan kata pepatah: "anjing menggonggong, kafilah berlalu". Kalau begitu, bagaimana harga akan turun?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H