Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bangga Buatan Indonesia dan Kejengkelan Presiden Jokowi

1 April 2022   19:08 Diperbarui: 1 April 2022   20:30 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo|dok. Biro Pers Sekretariat Presiden, dimuat detik.com

Kejengkelan Presiden Joko Widodo tentang kebandelan para pejabat yang susah diajak untuk mengutamakan produk dalam negeri ketimbang produk impor, akhirnya "muntah" juga.

Hal itu terjadi pada saat Presiden memberikan pengarahan di depan para menteri, kepala lembaga, kepala daerah, dan direktur utama BUMN tentang aksi afirmasi program "Bangga Buatan Indonesia" di Bali (25/3/2022).

Presiden menyebut nama sejumlah kementerian yang masih saja membeli barang impor, padahal barang yang sama sudah diproduksi di dalam negeri.

Contoh barang yang dimaksud Presiden, antara lain adalah pembelian CCTV, pakaian seragam dan sepatu tentara/polisi, tempat tidur untuk rumah sakit, dan traktor pertanian.

Perlu diketahui, anggaran pengadaan barang tersebut jumlahnya sangat besar, baik yang menjadi kewenangan pusat maupun daerah.

Tentu saja, dengan lebih banyak membeli produk impor, berarti menguras devisa. Padahal, jika dibelanjakan di dalam negeri, akan mendatangkan multiplier effect, yang menguntungkan bagi banyak pihak.

Pihak tersebut mulai dari supplier bahan baku, manajemen dan karyawan dari perusahaan produsen, pedagang perantara, dan sebagainya.

Keuntungan pihak-pihak yang terkait di atas, sebagian akan kembali ke kas negara melalui setoran pajak penghasilan dan jenis pajak lainnya.

Ya, semoga saja pada masa mendatang, para pejabat yang telah "dijewer" Presiden di atas, lebih memperlihatkan keberpihakannya pada produk domestik.

Tapi, menarik pula mengamati komentar anggota DPR dari fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mustafa Kamal, terhadap kejengkelan Presiden Joko Widodo di atas.

Mustafa menyampaikan keprihatinannya karena hal itu merupakan kegagalan afirmasi dalam mencintai produk dalam negeri (Detik.com, 29/3/2022).

Sebagai partai oposisi, PKS bisa dimengerti menjadikan kejengkelan Presiden tersebut untuk "memukul" pemerintah. Disebutkan juga oleh Mustafa bahwa Presiden jangan hanya NAJO (No Action Jengkel Only).

Istilah NAJO tentu plesetan dari NATO (No Action Talk Only). Apakah tepat kalau Presiden Joko Widodo dinilai sebagai NAJO?

Yang jelas, kalau melihat Joko Widodo secara pribadi, sangat sering beliau dengan sengaja memamerkan pakaian, sepatu, jaket, atau apa pun yang melekat di badan, yang merupakan produk dalam negeri.

Nah, bisa saja yang masih menjadi masalah adalah soal birokrasi atau soal manajemen di masing-masing kementerian, lembaga, pemda dan juga BUMN.

Menjadi pertanyaan, apakah selama ini para menteri yang mengimpor barang tidak melapor kepada Presiden sewaktu akan mengadakan barang impor?

Untuk masa mendatang, pada tahap proses perencanaan pengadaan barang sebaiknya sudah tergambar bahwa produk yang akan digunakan mengutamakan produk dalam negeri.

Makanya, bank data tentang berbagai produk dalam negeri, lengkap dengan spesifikasi dan kapasitas produksinya, sudah dipunyai oleh masing-masing unit kerja pemerintah.

Kemudian, perencanaan yang baik harus dieksekusi secara baik pula serta diawasi secara ketat. Kalau bukan kita, siapa lagi yang harus mencintai produk negeri sendiri.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun