Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Orang Sakti yang Mampu "Menahan" Pesawat, Masih Adakah Sekarang?

16 Juli 2022   08:00 Diperbarui: 16 Juli 2022   08:02 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tidak tahu kondisi sekarang, tapi kalau dulu, seperti di era Orde Baru dan awal masa reformasi, merupakan hal biasa sebuah pesawat yang telah siap berangkat, tapi masih saja nongkrong di bandara.

Penumpang sudah pada resah, tapi belum ada tanda-tanda mau take-off. Pengumuman dari awak pesawat pun tidak ada, apakah ada sesuatu yang membuat pesawat terlambat mengudara.

Kemudian, kira-kira setengah jam setelah jadwal keberangkatan terlampaui, tahu-tahu ada pejabat penumpang kelas bisnis yang naik. 

O ini toh yang ditunggu-tunggu, sampai-sampai jadwal take-off tertunda puluhan menit. Penumpang yang lain gampang menebak bahwa sosok yang ditunggu itu adalah seorang pejabat.

Soalnya, pada era Orde Baru sudah lazim pejabat berbaju model safari. Lagipula, terlihat ada petugas protokoler yang mengiringi hingga si pejabat naik tangga pesawat.

Nah, yang "sakti" karena mampu "menahan" pesawat, sebetulnya bukan si pejabat yang terlambat itu, tapi justru petugas protokoler yang sudah punya pas masuk bandara, meskipun ia bukan penumpang.

Biasanya, kisah seperti ditulis di atas terjadi di bandara berbagai daerah, dimana hubungan baik antara pejabat daerah dengan pihak bandara "sangat baik".

Demikian pula petugas protokol yang mengurus kedatangan dan keberangkatan seorang pejabat (misalnya pejabat pusat yang berkunjung ke daerah), sudah sangat familiar dengan orang-orang penting di bandara setempat.

Mungkin juga ada ketakutan pihak bandara dan juga pihak kepala cabang dari maskapai penerbangan di daerah, bila "dimusuhi" oleh pejabat di daerah tersebut, akan menyulitkan jika nanti ada hal yang perlu dikoordinasikan.

Perlu diingat, di era orde baru, selain Garuda, masih ada maskapai lain yang juga bersatus milik negara dan milik perusahaan yang dekat hubungannya dengan pemerintah.

Peran maskapai tersebut cukup strategis, karena untuk beberapa daerah pelosok, menjadi satu-satunya maskapai yang terbang ke sana.

Kembali ke soal petugas protokol, orang-orang seperti ini sering menunjukkan "kesaktian"-nya di daerah yang memang sering mendapat kunjungan seperti Bali, Batam, dan Yogyakarta.

Di daerah destinasi wisata itu, pihak kantor wilayah sebuah instansi pemerintah atau perusahaan milik negara, "menanam" seorang petugas protokol yang hampir setiap hari berada di bandara.

Mereka bahkan lebih sibuk lagi di hari libur akhir pekan, karena biasanya banyak pejabat pusat yang main golf di daerah tersebut.

Jadi, jangan remehkan kemampuan seorang petugas protokoler, karena tidak sembarang orang yang ditempatkan pada posisi seperti itu.

Secara kepangkatan, petugas protokoler di sebuah instansi mungkin tergolong rendah pangkatnya. Tapi, biasanya mereka punya rezeki dari tips yang diberikan pejabat yang dilayaninya dengan baik.

Pertanyaannya, di era sekarang ini masih adakah orang sakti yang mampu menahan pesawat? Harusnya sudah tidak ada. Justru pejabat yang jadi penumpang pesawat harus datang on time agar tidak ketinggalan pesawat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun