Ketimpangan antar daerah dalam berbagai hal di negara kita, ternyata tidak hanya di bidang ekonomi. Olahraga pun juga sama, meskipun tidak separah ketimpangan di bidang ekonomi.
Soal bakat atau bibit atlet, Indonesia pantas bersyukur, karena tidak bertumpuk di Pulau Jawa saja. Atlet potensial tersebar dari Aceh hingga Papua. Sayangnya, untuk daerah luar Jawa, belum ditunjang oleh infrastruktur olahraga yang memadai.
Makanya, atlet dari luar Jawa banyak yang hijrah ke Jawa demi meraih prestasi lebih tinggi. Namun demikian, tetap ada anomali, di mana tanpa harus hijrah pun, beberapa atlet luar Jawa mampu jadi juara nasional.
Tulisan ini tidak mengupas olahraga secara umum, tapi khusus tentang kondisi sepak bola nasional yang berkaitan dengan klub-klub profesional yang berkompetisi di kasta tertinggi yang disebut dengan Liga 1.
Dari 18 klub peserta Liga 1, kondisi ketimpangan antar Jawa-luar Jawa terlihat nyata, 12 klub di antaranya bermarkas di Pulau Jawa.
Tapi, sebagai bukti bahwa pemain luar Jawa juga punya bakat yang cemerlang, lihatlah bagaimana banyaknya pemain asal Papua yang berkarir di berbagai klub Liga 1, meskipun Persipura Jayapura juga merupakan klub yang sarat prestasi.
Saat tulisan ini disusun, Liga 1 sudah hampir berakhir. Sebagian klub sudah menyelesaikan semua pertandingan (masing-masing klub berlaga sebanyak 34 kali). Sebagian klub lagi masih menyisakan satu pertandingan.
Klub yang menjadi juara Liga 1 sudah dipastikan diraih oleh Bali United. Artinya, Bali United berhasil mempertahankan gelar yang diperolehnya pada musim kompetisi sebelumnya.
Dua dari tiga klub yang terdegradasi juga sudah dipastikan, yakni Persiraja Banda Aceh dan Persela Lamongan. Nah, satu klub lain yang akan terdepak, akan ditentukan pada laga di pekan terakhir.
Ada 3 klub yang bersaing untuk tidak terlempar, yakni Persipura, Barito Putera Banjarmasin, dan PSS Sleman. Namun, peluang Persipura bagai telur di ujung tanduk.
Klub dari ujung timur tersebut akan selamat bila menang pada laga terakhir melawan Persita Tangerang, dengan catatan PSS kalah dari Persija atau Barito Putera kalah dari Persib Bandung.Â
Pertandingan yang melibatkan ketiga klub "calon" korban itu akan digelar secara serentak, Kamis (31/3/2022) besok sore.
Kalau saja Persipura mengikuti jejak klub dari ujung barat, Persiraja, maka kompetisi periode berikut rasanya agak hambar. Soalnya, Liga 1 akan terasa lebih variatif bila gaya bermain para seniman bola ala Persipura tetap eksis.
Dengan permainan cantik, Persipura sudah beberapa kali menjadi pemuncak sepak bola tanah air. Sedangkan Persiraja memang catatan sejarahnya tidak sehebat Persipura. Tapi, di era kompetisi perserikatan, Persiraja pernah menjadi juara nasional pada 1980.
Ketika itu, Persiraja dan Persipura bertemu di laga final di Stadion Utama Senayan (nama Gelora Bung Karno waktu dulu) dan Persiraja menang dengan skor 3-1.
Apakah Liga 1 periode berikutnya akan menjadi Liga "Jantan Basi"? Jantan Basi tersebut maksudnya Jawa, Kalimantan, Bali, dan Sulawesi, di mana mayoritas menumpuk di Jawa. Tak ada lagi wakil Sumatera dan Papua.
Problem ketimpangan Jawa-luar Jawa jangan merembet ke Liga 1. Akan semakin hambar, bila Liga 1 nantinya menjadi "Liga Jawa Bali".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H