Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

The Real Crazy Rich vs Crazy Rich Abal-abal

13 Maret 2022   09:45 Diperbarui: 16 Maret 2022   17:32 1767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerja global adalah konsekuensi dari trend globalisasi yang terjadi pada dunia usaha, terutama sejak jaringan internet menghubungkan antar berbagai tempat di seluruh dunia.

Tak usah heran, yang bisa go global bukan hanya perusahaan yang memang dari dulu beroperasi secara global, tapi juga individu yang berkiprah sambil rebahan di rumahnya.

Seorang remaja culun yang masih berumur 19 tahun, sebut saja namanya Farhan, punya hobi membuat komik, kartun, karikatur, logo, dan emoji (emoticon).

Tak disangka, emoji yang dibuat Farhan secara iseng-iseng tersebut dibeli oleh penyedia aplikasi yang cukup terkenal dan di Indonesia banyak penggunanya. 

Maka, Farhan yang masih duduk di semester 2 jurusan desain grafis di sebuah perguruan tinggi swasta itu, mendapat bayaran dalam yen (mata uang Jepang) ke rekening paypal atas namanya sendiri.

Mungkin Farhan belum bisa disebut sebagai pekerja global, karena sifatnya masih insidentil dengan nilai bisnis yang masih sangat kecil.

Namun, bila nantinya Farhan bisa serius, mampu membangun jaringan dengan berbagai pihak yang terkait dan punya pola kerja yang sistematis, bukan tak mungkin ia akan berstatus pekerja profesional secara global.

Cara yang dilakukan Farhan bisa jadi juga dilakukan oleh banyak remaja Indonesia yang kreatif. Toh, untuk bisa membuat emoji yang bagus, tak perlu mereka yang kuliah di desain grafis. 

Dan yang bisa dijual secara global melalui dunia maya, tak hanya emoji. Ada banyak kreasi yang berpotensi untuk dikomersialkan, tinggal rajin-rajin saja membuka berbagai aplikasi media sosial.

Tak ada masalah dengan jurusan kuliah untuk bisa menjadi orang yang kreatif. Jurusan kuliah bisa apa saja, tapi punya satu bidang yang dikusai.

Bidang itu bisa sejalan dengan jurusan kuliah, bisa juga tidak begitu berkaitan. Tapi, ilmu di bangku kuliah tetap berguna dalam membentuk kerangka berpikir dan kemampuan menganalisis sesuatu.

Tentu, menguasai suatu bidang saja belum cukup, kalau tidak dikenal orang lain. Untuk itu, perlu didukung oleh kemampuan dalam berkomunikasi, termasuk dengan orang dari berbagai bangsa.

Komunikasi tersebut dilakukan sebagian besar secara online dan jika dengan orang asing tentu setidaknya harus mampu berbahasa Inggris. 

Ilustrasi meraup dolar sambil rebahan|dok. id.quora.com
Ilustrasi meraup dolar sambil rebahan|dok. id.quora.com

Selain itu, jelas ada modal lain yang perlu dipunyai, seperti punya laptop, akses internet, dan familiar dengan berbagai aplikasi yang lazim digunakan saat ini.

Dari berbagai hal di atas, intinya adalah bagaimana agar menguasai suatu bidang yang paling diminati, dan rajin menginformasikan melalui berbagai aplikasi media sosial sebagai penambah portofolio pribadi.

Setelah itu jalani saja dulu tanpa berharap terlalu jauh, agar kalau belum berhasil tidak patah semangat. Memang, idealnya sambil rebahan bisa meraup dolar. Tapi, rupiah receh pun perlu disyukuri.

Sangat penting untuk menikmati proses dari suatu perjuangan. Ingat, tak ada kesuksesan yang instan ala crazy rich abal-abal. The real crazy rich pasti meraih puncak kejayaan setelah melewati berbagai tahapan.

Coba telusuri perjalanan karir seorang Raffi Ahmad  dan bandingkan dengan Indra Kenz. Raffi boleh dikatakan mengorbankan masa remajanya untuk kesuksesannya sebagai artis. Waktu SMP ia sudah merintis karir dari bawah.

Nah, Indra Kenz yang konon bergelar crazy rich dari Medan, seperti gak ada angin gak ada hujan, tiba-tiba saja sering membuat konten di media sosial yang memamerkan kekayaan.

Seperti banyak diberitakan media massa, Indra Kenz sudah ditahan pihak kepolisian dengan status tersangka pada kasus aplikasi Binomo. Dalam pemasaran aplikasi ini, Indra adalah salah seorang affiliator.

Dari berita salah satu stasiun televisi, Minggu (13/3/2022), harta Indra Kenz yang sudah disita pihak kepolisian adalah senilai Rp 57,2 miliar.

Bagi para remaja yang mau memasuki dunia kerja, tak usah dulu berpikir jadi crazy rich, tak usah dulu menargetkan kerja global. 

Yang penting, seperti ditulis di atas, berlatihlah mengasah kreativitas. Setelah menguasai satu bidang, kreatif pula dalam memasarkannya. Selamat berjuang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun