Hanya saja, testing the water tersebut boleh dikatakan gagal karena begitu kerasnya reaksi masyarakat seperti yang diberitakan sejumlah media massa.Â
Pernyataan Presiden Joko Widodo di atas sebetulnya bertujuan untuk memenuhi permintaan masyarakat yang mempertanyakan sikap Presiden terkait wacana penundaan pemilu.
Sekiranya PKB, Golkar dan PAN kompak melakukan upaya agar pemilu ditunda, rasanya akan sulit untuk diproses lebih lanjut, mengingat partai lain tidak mendukung.
Partai oposisi PKS sudah pasti tidak setuju. Partai Demokrat juga begitu. Bahkan, Nasdem yang punya wakil di kabinet sudah menyatakan menolak ide penundaan pemilu.
Dan yang paling menentukan, dua partai besar, PDIP dan Gerindra, syukurlah juga sudah menyatakan menolak pemilu ditunda, sehingga bisa dipastikan pemilu 14 Februari 2024 tetap akan terlaksana.Â
Sebetulnya, Gerindra cukup wajar menolak penundaan pemilu, karena peluang Prabowo Subianto relatif besar untuk memenangkan kontestasi Capres 2024.
Prabowo menurut hasil survei Litbang Kompas yang dirilis baru-baru ini, elektabilitasnya menduduki peringkat pertama sebagai Capres 2024, disusul oleh Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
Bayangkan, jika pemilu diadakan pada 2026, tentu Prabowo semakin lanjut usianya dan bisa jadi elektabilitasnya akan turun.Â
Kalau PKB, PAN, dan juga Golkar mewacanakan penundaan pemilu, bisa jadi ada kaitannya dengan elektabilitas ketua umumnya yang rendah. Siapa tahu dengan penundaan pemilu, ada momen tertentu yang bisa mendongkrak.Â
Nah, yang sangat disyukuri adalah sikap tegas PDIP. Padahal, bila ditunda yang diuntungkan juga PDIP. Bukankah itu berarti masa kepemimpinan Joko Widodo, yang nota bene adalah kader terbaik PDIP, juga diperpanjang?
Artinya, PDIP tidak tergoda dengan segala keuntungan yang mungkin akan dipetiknya bila masa kepresidenan Joko Widodo bertambah 2 tahun.