Berbagai aplikasi yang bisa diunduh ke gawai kita telah mengubah gaya hidup masyarakat, terutama anak muda dan remaja. Mereka cukup rebahan saja, lalu apa kebutuhannya bisa tesedia dalam waktu relatif cepat.
Makanya, istilah kaum rebahan disematkan pada mereka yang sering melakukan aktivitas sehari-hari, seperti bekerja, belajar, bermain, berkomunikasi dengan orang lain, serta berbelanja dan bertransaksi, cukup sambil rebahan.
Nah, untuk berbelanja secara online, tentu peran pihak ekspedisi atau pengantar barang, cukup vital. Konsumen tidak usah khawatir, karena perjalanan barang dari lokasi penjual ke rumah pembeli, bisa dilacak melalui gawai.
Jangan heran kalau sekarang di berbagai restoran, yang antri bukan pelanggan, tapi para pengantar barang. Apalagi, sejak pandemi melanda negara kita, akan lebih aman bila memesan makanan dari rumah saja.
Jadi, boleh dikatakan bahwa saat ini merupakan masa yang baik bagi para pengantar barang. Seperti pengemudi ojek online (ojol), sepinya mengantar penumpang, terkompensasi dengan ramainya mengantar barang.
Tapi, semua itu adalah pelayanan bagi konsumen yang membeli secara eceran, dalam arti barang yang dibeli untuk dikonsumsi sendiri atau bersama keluarga.
Ceritanya jadi berbeda bila kita mengupas pengantaran barang dalam jumlah besar yang dipesan oleh para pedagang grosir untuk dijual lagi nantinya ke pedagang eceran, lalu baru dari pedagang eceran dijual ke konsumen.
Topik yang lagi hangat sekarang adalah terkait dengan penggunaan truk odol (over dimension-over load) untuk membawa barang dalam jumlah besar.
Kalau kita melihat di jalan raya ada truk yang bak tempat barangnya panjang sekali, sekitar dua kali panjang truk yang berukuran normal, ya itulah yang disebut truk odol.
Bisa jadi kita kesal kalau bertemu truk odol pada jalan yang searah dengan perjalanan kita. Soalnya, mau menyalib truk odol di jalan raya dengan lebar terbatas, tidak gampang.