Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sajadah dan Tasbih di Ruang Kerja, tapi Korupsi Tetap Ada

1 Maret 2022   05:22 Diperbarui: 1 Maret 2022   05:29 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berkaitan dengan peringatan Isra Miraj 2022, bagi umat Islam tentu sudah banyak yang memahami makna dan hikmah dari peringatan tersebut.

Justru bukan pada soal makna dan hikmah yang perlu diuraikan lebih lanjut, karena ada kekhawatiran bahwa peringatan Isra Miraj akhirnya menjadi suatu rutinitas tahunan semata tanpa ada relevansinya dengan peningkatan kualitas ibadah kita.

Ya, tulisan ini memang lebih menekankan pada soal kualitas ibadah, khususnya ibadah salat, karena tujuan isra miraj-nya Nabi Muhammad adalah menjemput perintah salat wajib 5 kali dalam sehari semalam.

Kalau sekadar kuantitas, jangan ragukan salatnya guru mengaji, pengasuh pesantren, dan sebagainya. Tapi, kenapa masih ada oknum guru mengaji atau pengasuh pesantren yang berbuat cabul dengan muridnya?

Jangan pula ragukan para aparat negara, banyak yang rajin salat lima waktu. Tapi, masih saja lumayan banyak jumlah pejabat yang terciduk kasus korupsi.

Kalau sesekali melongok ruang kerja pejabat, jangan heran kalau di salah satu pojoknya ada tempat sajadah dan tasbih yang tergantung di dekat sajadah.

Orang kaya yang tergerak hatinya untuk membangun masjid semakin banyak, kemudian masjid dikelola oleh pengurus yang tinggal di dekat lokasi masjid.

Jadi, jika dilihat dari simbol-simbol islami, sejak belasan tahun terakhir ini memang lebih menonjol. Yang paling signifikan tentu saja wanita yang berhijab sekarang menjadi mayoritas.

Artinya, dari pengamatan sekilas, kuat dugaan bahwa secara kuantitas,  jumlah mereka yang salat sekarang rasanya makin banyak, ketimbang pada masa orde baru.

Maksudnya, peningkatan itu bukan karena jumlah penduduk meningkat. Tapi, meskipun sifatnya dugaan, kemungkinan besar persentase umat Islam yang rajin salat di zaman sekarang lebih tunggi dibanding zaman dulu.

Pengalaman saya sebagai orang kantoran, di tahun 1986 ketika saya baru diterima bekerja di kantor pusat dari salah satu BUMN, memperkuat dugaan di atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun