Hasilnya, sudah sama-sama kita ketahui, dari ketiga kali keikutsertaan itu, Prabowo belum beruntung meraih kemenangan.Â
Perlu pula diingat, usia Prabowo pada 2024 mendatang sudah 72 tahun lebih beberapa bulan (beliau lahir 17 Oktober 1951).
Tapi, soal usia bersifat relatif, bila melihat contoh seorang politisi di negeri jiran Malaysia, Mahathir Mohamad, yang dalam usia 90-an tahun masih mampu menjadi Perdana Menteri (2018-2020).
Demikian pula Presiden Amerika Serikat saat ini, Joe Biden, sudah berusia 79 tahun. Artinya, dibandingkan Mahathir dan Joe Biden, Prabowo masih muda.
Maka, jika Prabowo maju lagi, cukup logis dan harapan menang cukup besar, seperti hasil survei Litbang Kompas. Tentu, dengan catatan bila preferensi pemilih masih seperti saat survei.
Namun, bila Prabowo tidak ikut pilpres, juga cukup logis, meskipun pendukung setia beliau mungkin akan kecewa. Siapa tahu, beliau punya agenda yang bersifat pribadi, sehingga ingin menikmati masa pensiun dengan nyaman.
Jika dihitung-hitung, setidaknya ada 4 skenario yang perlu disiapkan Prabowo dengan berbagai alasan yang mendasarinya. Keempat skenario tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, Prabowo tidak ikut pilpres dan merasa bahagia bisa menjadi guru bangsa. Artinya posisi Prabowo bersifat netral dan mundur dari dunia politik praktis.
Tentu, bila ada kondisi negara yang di luar harapan, beliau akan memberikan pandangan atau nasehat kepada siapa pun kelak yang terpilih menggantikan Joko Widodo.
Kedua, jika Prabowo tidak ikut pilpres, tapi masih berpolitik sebagai kingmaker dengan secara total mendukung salah satu capres yang nanti akan ikut berkontestasi di Pilpres 2024.