Perang Rusia-Ukraina sudah berlangsung lebih dari satu minggu, jika dihitung sejak Presiden Rusia Vladimir Putin mendeklarasikan perang dengan Ukraina pada Rabu (23/2/2022).Â
Meskipun perundingan antara kedua belah pihak sudah pernah dilakukan, sejauh ini belum terlihat tanda-tanda peperangan akan segera berakhir.
Presiden Joko Widodo lewat cuitan di akun Twitter resminya menyatakan: "Setop perang. Perang itu menyengsarakan umat manusia dan membahayakan dunia."
Tapi, begitulah, meskipun banyak sekali imbauan dari berbagai negara yang senada dengan Presiden Joko Widodo, berkemungkinan besar perang akan memakan waktu yang relatif lama.Â
Akibatnya, seperti telah ditulis Joko Widodo, umat manusia jadi sengsara. Tentu, yang paling sengsara adalah rakyat Ukraina. Telah banyak warga tak berdosa menjadi korban.
Aliran pengungsi dari Ukraina ke negara lain di sekitarnya terus mengalir sebagai upaya untuk mencari tempat yang lebih aman. Demikian pula yang dilakukan warga negara Indonesia (WNI) di sana.
Indonesia memang sangat jauh jaraknya dari lokasi peperangan. Tapi, kesengsaraan dalam bentuk lain sudah mulai dirasakan masyarakat di negara kita.
Kesengsaraan dimaksud adalah dalam bentuk pengeluaran yang lebih besar karena naiknya harga berbagai barang yang menjadi kebutuhan sehari-hari.
Contohnya, harga elpiji naik lagi, padahal baru sekitar 2 bulan yang lalu sudah naik. Jadi, harga gas nonsubsidi (tabung ukuran 5 kg ke atas), mengalami dua kali kenaikan dalam waktu singkat.
Lho, memangnya ada apa dengan perang Rusia-Ukraina kok merembet ke masalah dapur sebagian besar rumah tangga di Indonesia?
Bukankah yang sering ditulis media massa, peperangan akan mempengaruhi harga minyak internasional, apalagi mengingat Rusia merupakan negara 3 besar penghasil  minyak dunia.