Momen lebaran merupakan momen yang identik dengan saling memaafkan antar anggota keluarga, antar sahabat, dan antar tetangga. Pokoknya, saling maaf antar sesama manusia.
Bagi saya secara pribadi, tidak masalah saya yang meminta maaf lebih dulu kepada orang yang lebih muda atau orang yang di kantor punya posisi di bawah saya.
Sedangkan atas perbuatan seseorang yang menyakitkan hati saya, biasanya tidak lama-lama saya pendam. Dalam hitungan jam, saya sudah memaafkannya, meskipun orang yang menyakitkan hati saya itu belum minta maaf.
Tapi, ada satu kejadian di masa lalu, yang membuat saya resah. Saya dianggap pernah berjanji oleh seseorang untuk melaksanakan sesuatu yang akhirnya tidak terlaksana.
Saya sendiri tidak menganggap sebagai janji, karena dengan jelas saya mengatakan "Insya Allah". Artinya, apa yang saya rencanakan itu akan terlaksana hanya dengan izin Allah.
Saya sudah minta maaf pada orang tersebut dengan mengatakan berbagai alasan yang menurut saya logis. Hanya, di mata orang itu, alasan saya dianggap kurang tepat.
"Maafkan aku karena belum bisa memaafkanmu," itulah jawabannya atas permintaan maaf saya. Misalnya kalimat itu terucap dari seseorang kepada Anda, apa rekasi Anda?
Biar konteksnya lebih jelas, mungkin sebaiknya saya beri contoh. Umpamanya, Anda dianggap telah memberi harapan muluk kepada seseorang, yang anggap saja sahabat akrab Anda.
Apa contoh harapan muluk itu? Bekerja sama untuk sebuah bisnis yang sangat menjanjikan. Atau, Anda sebagai atasan pernah melontarkan kata-kata akan mempromosikan anak sahabat Anda yang kebetulan adalah anak buah Anda.
Contoh lain, dalam konteks hubungan dengan lawan jenis, Anda dianggap pernah menjanjikan akan menikahi seorang perempuan yang memang sangat berharap Anda menjadi suaminya.
Masalahnya, harapan muluk itu tidak terwujud, dengan menimbulkan salah persepsi di antara Anda dan sahabat itu. Anda memberi alasan yang tidak bisa diterima sang sahabat.
Anda tahu teman itu sangat sakit hati, makanya Anda sudah berkali-kali melayangkan permintaan maaf. Namun, jawabannya itu tadi, masih belum bisa memaafkan Anda.
Bahkan, ia minta maaf karena belum bisa memaafkan Anda. Artinya, ia sadar tidak memaafkan adalah sebuah kesalahan, makanya ia minta maaf.
Di lain pihak, Anda sangat paham dengan ucapan Pak Ustaz yang mengatakan kalau bersalah kepada orang lain, jangan minta ampun kepada Allah, tapi harus minta maaf kepada orang lain tersebut.
Nah, lho, bingung kan? Anda boleh bilang sahabat Anda itu egois, tidak mau memaafkan kesalahan orang lain, tapi maunya orang lain memaafkan kesalahannya.
Mohon maaf, saya sendiri tidak punya jawaban atas kasus seperti itu. Dalam kasus yang saya hadapi, saya akan tetap berusaha untuk bersikap baik dan mengulang lagi permintaan maaf. Biarlah waktu yang akan menjawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H