Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Tak Tahu Perdagangan Karbon Dapat Dimaklumi, tapi Sampah Belanja Harus Peduli

20 Februari 2022   06:13 Diperbarui: 22 Maret 2022   18:11 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pembungkusan barang pesanan secara online|dok. Liputan6.com/Komarudin

Aktivitas berbelanja merupakan sesuatu yang lumrah untuk memenuhi kebutuhan kita, baik kebutuhan rutin maupun yang bersifat insidentil. Apa saja yang penting kita perhatikan saat berbelanja?

Jangan hanya terfokus kepada barang yang kita beli. Baik pembelian secara online maupun offline, penting kiranya kita memastikan bahwa limbahnya harus yang tergolong ramah lingkungan.

Sering saat menerima paket barang yang kita pesan sebelumnya, kita hanya terfokus pada barang yang ada dalam bungkusan. Kita meneliti apakah barangnya persis seperti yang kita inginkan.

Lalu, segala macam benda yang melilit barang tersebut dengan tenangnya kita buang ke tong sampah atau langsung ke bak sampah di depan rumah.

Buat apa kita berpikir jauh-jauh tentang sampah, bukankah besok paginya petugas pengangkut gerobak sampah akan membersihkan bak sampah kita? Kita pun beranggapan masalah sampah sudah selesai.

Namun, sebagai warga yang peduli dengan kualitas lingkungan hidup, pola pikir dan tingkah laku kita sebaiknya diubah menjadi lebih peduli lingkungan.

Maka, saat membuka paket coba perhatikan apa saja benda yang terdapat di bungkusan barang. Bila berupa selotip, lakban, kantong plastik, dan bubble wrap, semua itu tidak termasuk yang ramah lingkungan.

Atau, karena ketentuan pembatasan sosial sejak pandemi, sering kita memesan makanan secara online dengan kemasaan berupa styrofoam. Inipun kurang bagus.

Sebetulnya, pihak penjual dan pengirim barang yang peduli lingkungan seharusnya sudah mengetahui cara membungkus yang lebih ramah lingkungan.

Caranya bisa dengan menggunakan kertas koran bekas, guntingan kertas, kardus, kain, dan bahkan bisa berupa daun. Ada juga yang relatif belum banyak dikenal, yakni dengan kertas honeycomb.

Kertas honeycomb tersebut merupakan kemasan kertas ramah lingkungan dengan pembentukan sel heksagonal seperti sarang lebah. Kertas ini sangat efektif sebagai pengganti plastik dan dapat didaur ulang.

Bayangkan kalau kita tak peduli dengan isu lingkungan karena menganggap toh semuanya sudah diurus oleh pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang lingkungan.

Justru, pemerintah dan LSM sangat membutuhkan partisipasi aktif masyarakat. Kalau tidak mendapat dukungan, tingkat keberhasilan program pembangunan di bidang lingkungan hidup akan rendah.

Jadi, mulai sekarang sebaiknya kita ubah mindset bahwa urusan lingkungan adalah urusan kita semua, karena keuntungannya juga akan kita nikmati bersama dari kualitas udara, air, atau sumber kehidupan lainnya yang lebih baik.

Memang, kalau berbicara isu lingkungan, banyak juga yang berkaitan dengan hal-hal besar yang memerlukan penjelasan para pakar lingkungan hidup.

Soalnya, isu tentang lingkungan hidup sarat dengan istilah yang mungkin sebagian kita belum memahami sepenuhnya, seperti pemanasan global, efek rumah kaca, perdagangan karbon, dan sebagainya.

Istilah tersebut akan semakin mengemuka, karena pada tahun 2022 ini Indonesia menjadi Presidensi dari negara-negara yang tergabung dalam kelompok G20. 

Presiden Joko Widodo sudah  bertekad untuk membangun lingkungan yang berkelanjutan dan bahkan ingin menjadi contoh bagi negara G20 lain. Namun demikian, misalnya kita belum memahami isu-isu di atas, masih bisa dimaklumi. 

Nah, untuk hal yang sederhana dan kelihatan kecil, tak ada alasan kita tidak peduli. Hal "kecil" tersebut kalau dilakukan oleh banyak orang di kediamannya masing-masing secara konsisten, akan berdampak besar terhadap perbaikan lingkungan.

Maka, meminjam ceramah seorang ulama kondang, tapi diubah konteksnya ke soal lingkungan, sebaiknya cara menunjukkan bahwa kita sudah peduli lingkungan adalah dengan melakukan beberapa hal berikut.

Pertama, memulai dari diri sendiri. Maksudnya kita tidak usah menunggu orang lain, tak usah menunggu diminta Pak RT atau kalau di lingkungan kerja tak usah menunggu perintah bos. 

Jika misalnya sudah berkeluarga, ajak istri dan anak-anak untuk juga peduli lingkungan, misalnya dengan memilah sampah organik dan anorganik.

Kedua, mulailah dari hal yang kecil. Contohnya, jika kita berbelanja, harus belanja sadar lingkungan seperti dengan membawa kantong belanja yang bukan dari plastik.

Khusus untuk belanja online yang semakin sering kita lakukan sejak pandemi, pilihlah barang yang pengemasannya tergolong ramah lingkungan seperti telah ditulis di atas.

Ketiga, mulailah sekarang juga, gak pakai ntar-ntar. Ubahlah gaya hidup dengan mengonsumsi produk yang ramah lingkungan.

Semoga dengan kepedulian kita bersama, tidak saja lingkungan global akan membaik, tapi secara pribadi pun kita akan lebih sehat.

Ilustrasi pembungkusan barang pesanan secara online|dok. Liputan6.com/Komarudin
Ilustrasi pembungkusan barang pesanan secara online|dok. Liputan6.com/Komarudin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun