Buktinya, sebutan cebong dan kadrun tersebut di berbagai aplikasi media sosial masih saja dijumpai. Padahal, secara politik, Prabowo yang dulu menjadi pesaing Jokowi sudah bersatu dalam pemerintahan sekarang ini.
Nah, bila pada Pilpres 2024 katakanlah ada 3 pasang calon saja, mudah-mudahan bisa menamatkan riwayat cebong versus kadrun.
Soal siapa kandidat yang pantas, saat ini sebetulnya boleh dikatakan melimpah. Tinggal kejelian parpol saja dalam memilih salah satunya (salah dua dengan cawapres) dan kemudian mengusungnya.
Bukan hanya kejelian, tapi juga keikhlasan, bila ketua umum parpol merasa tingkat elektabilitasnya rendah, kenapa tidak mencari sosok lain yang potensial meskipun bukan dari kader partai.
Memang, karier tertinggi bagi seorang aktivis partai adalah menjadi ketua umum. Lalu, setelah menjadi ketua umum, tentu wajar bila ingin menjadi Presiden.
Tapi, semuanya tergantung pada kalkulasi politik. Apalagi, koalisi menjadi hal yang mesti ditempuh karena ada ketentuan presidential threshold.
Ketentuan tersebut mengharuskan sebuah parpol punya kursi di DPR minimal 20 persen atau memperoleh minimal 25 persen dari suara yang sah pada pemilu sebelumnya, agar bisa mengusung sendiri tanpa berkoalisi.
Dengan ketentuan tersebut, saat ini hanya PDIP sebagai satu-satunya partai yang bisa mengusung sendiri capresnya. Namun demikian, PDIP pun diperkirakan membutuhkan parpol lain agar lebih kokoh.
Sekarang, kalau melihat berbagai survei yang dilakukan oleh sejumlah lembaga survei, paling tidak ada 14 nama yang selalu disebut berpeluang menjadi capres atau cawapres
Pertama, dari kelompok gubernur terdapat nama Anies Baswedan (DKI Jakarta), Ridwan Kamil (Jawa Barat), Ganjar Pranowo (Jawa Tengah), dan Khofifah Indar Parawansa (Jawa Timur).