Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Dakwah Tanpa Ceramah, Kehebatan Mohamed Salah Selain Cetak Gol

6 Maret 2022   09:27 Diperbarui: 6 Maret 2022   09:51 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mohamed Salah bersujud seusai cetak gol|Foto: AFP, dimuat suara.com

Judul di atas merupakan komentar saya atas tulisan kompasianer Dian S. Hendroyono tentang kiprah Mohamed Salah, pemain sepak bola di klub Liverpool yang juga andalan Timnas Mesir.

Dari tulisan Dian di atas terungkap bahwa berdasarkan penelitian secara akademis, tingkat kejahatan di Liverpool mengalami penurunan sejak Mohamed Salah bermain untuk klub kebanggaan kota kelahiran grup musik legendaris The Beatles itu.

Karena berupa kajian akademis, tentu apa yang disampaikan di atas lebih kredibel. Sesuai dengan referensi yang saya baca, salah satu tujuan dakwah adalah memperbaiki akhlak (tingkah laku, tabiat, perangai) masyarakat.

Nah, bukankah dengan menurunnya tingkat kejahatan, merupakan cerminan akhlak yang baik? Dan hal itu antara lain karena penggemar Mohamed Salah menjadikan pujaannya sebagai panutan (role model).

Salah tidak melakukan khutbah atau ceramah sebagaimana yang biasa dilakukan seorang pendakwah. Tapi, barangkali secara tanpa disadarinya, tingkah lakunya yang baik dan diperhatikan oleh penggemarnya, sudah merupakan dakwah.

Sebetulnya, masih banyak komentar tentang Mohamed Salah yang ingin saya tambahkan. Tapi, karena kolom komentar atas tulisan seseorang kurang pas kalau saya tulis berpanjang-panjang, sekalian saja saya tulis sebagai tulisan tersendiri. 

Meskipun Mesir akhirnya gagal meraih juara Piala Afrika 2021 (yang berakhir Minggu, 6/2/2022) setelah dikalahkan Senegal dalam drama adu penalti di laga final), pamor Salah tetap bersinar.

Kiprah Salah di Eropa menarik dicermati, karena seperti telah ditulis Dian, ia begitu dicintai oleh suporter Liverpool. Salah sudah memperkuat klub tersebut sejak 2017 dan sudah mencetak lebih dari 100 gol.

Tapi, kehebatan Salah bukan sebagai pencetak gol semata. Ia seperti menjadi "duta" yang baik bagi umat Islam ketika sebagian masyarakat Eropa punya ketakutan terhadap Islam (islamophobia), sejak belasan tahun terakhir ini.

Islamophobia tersebut sebagai dampak dari berbagai peristiwa yang dilakukan teroris yang terjadi di Amerika dan Eropa, dan diduga dilakukan oleh anggota organisasi tertentu yang labelnya berbau Islam.

Akibatnya, agama Islam dipersepsikan secara keliru oleh sebagian orang. Padahal, jelas ajaran agama Islam tidak membenarkan perilaku teroris seperti itu. 

Lagipula, terorisme sebetulnya juga terjadi dengan pelaku nonmuslim, dan sasarannya adalah umat Islam yang sedang beribadah.

Nah, Mohamed Salah menunjukkan Islam yang penuh toleransi, yang cinta damai. Perilaku yang baik ditunjukkan Salah tidak hanya di lapangan, tapi juga dalam kesehariannya di luar lapangan.

Pemain bola muslim yang melakukan selebrasi bersujud sehabis mencetak gol, agaknya sudah banyak. Apalagi, pemain muslim yang merumput di berbagai klub Eropa tidak sedikit jumlahnya. Pemain tersebut rata-rata berasal dari Afrika.

Tapi, harus diakui, yang paling menonjol adalah Mohamed Salah. Ia menunjukkan identitas ke-Islam-an dengan cara yang simpatik.

Salah bahkan tetap berpuasa di bulan Ramadan meskipun lagi bertanding. Tanpa terkesan ingin "pamer" ibadah, Salah pernah tertangkap kamera ketika mencuri waktu untuk minum air mineral sebagai cara berbuka puasa sambil tetap bertanding.

Di luar lapangan, dalam kesehariannya, Salah sangat menjaga keseimbangan antara melakukan ibadah yang berdimensi vertikal (kepada Allah) dan muamalah yang berdimensi horizontal (hubungan baik sesama manusia).

Sisi religiusnya, Salah rajin salat dan mengaji. Sisi sosialnya, Salah membangun keluarga yang harmonis, menjauhi maksiat (ia menjadi duta anti narkoba), dermawan dan pemaaf.

Suatu kali, rumah keluarga Salah dirampok dan pencurinya berhasil ditangkap. Ayah dari Mohamed Salah berencana melakukan tuntutan, namun Salah memohon kepada ayahnya untuk membatalkan tuntutan.

Salah kemudian malah memberi uang kepada pencuri itu dan mencarikannya pekerjaan yang halal, seperti ditulis bolasport.com (5/5/2018).

Tak heran, banyak warga Liverpool yang "jatuh cinta" pada Mohamed Salah dan menjadi orang yang semakin toleran. Makanya, seperti yang telah ditulis sebelumnya, Mohamed Salah sudah berdakwah tanpa berceramah.

Selama ini persepsi tentang dakwah sering hanya dianggap berkhutbah atau berceramah. Ada penceramah yang banyak penggemarnya, karena pintar melucu atau berbahasa anak gaul.

Ketika mendengar ceramahnya para pendengarnya terbuai dan sekaligus tergugah untuk memperbaiki diri. Tapi, setelah ceramah usai, lenyap pula isi ceramah di benak para pendengarnya.

Jangankan itu, bahkan tak sedikit penceramah yang hanya pintar berceramah, tapi belum mampu menerapkan apa yang diceramahkannya.

Contohnya, tak sedikit pula penceramah yang tidak berhasil dalam membina rumah tangga atau mendidik anak-anaknya, padahal materi itu dikuasainya saat berceramah.

Maka, bila ada yang berdakwah secara tidak langsung dengan aksi nyata seperti Mohamed Salah, justru lebih efektif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun