Hal itulah yang diprediksi akan memperbanyak jumlah korban yang tewas akibat peperangan. Belum lagi kalau dampak perang akibat kemajuan bioteknologi ikut dihitung.
Seperti yang ditulis pikiran-rakyat.com (3/2/2021), perang biologis dapat terjadi jika Perang Dunia ketiga pecah yang memunculkan virus jenis baru yang mampu memusnahkan seluruh populasi dunia.Â
Kedua, menarik pula mencermati sikap China sebagai negara yang punya kekuatan besar. Kira-kira apa sikap yang akan diambil China ?
Melihat perang dagang antara China dan AS demikian sengit, bukan tidak mungkin China memihak Rusia dalam konteks perang Rusia-Ukraina.
Apalagi, pada Jumat (4/2/2022) kemarin, Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pertemuan empat mata dengan Presiden China Xi Jinping.
Kalau begitu, kekutan AS plus negara-negara barat mendapat lawan tangguh Rusia dan China. Inilah yang kemudian dikhawatirkan menjadi perang dunia ketiga.
Sebagai tambahan, China juga punya problem mirip Rusia, karena ingin mengambil kembali Taiwan, yang menurut China adalah salah satu provinsinya yang membangkang membuat pemerintahan sendiri.
Siapa tahu, China membantu Rusia di Ukraina akan dibalas Rusia yang akan membantu China di Taiwan, karena Taiwan dibeking oleh AS.
Ketiga, perlu pula dipertanyakan, apakah Indonesia akan kena "hantam"? Meskipun Indonesia tidak ikut berperang, tapi hantaman ekonomi sangat mungkin terjadi.
Yang pasti, akan terjadi ketidakstabilan di pasar global bila pecah peperangan. Harga komoditas, khususnya energi akan melambung tak terkendali.
Indonesia sebagai negara pengimpor bahan bakar minyak (BBM) akan terkena imbas cukup berat dari sisi APBN. Inflasi yang tinggi tak terhindarkan dan menyengsarakan rakyat banyak karena daya belinya turun tajam.Â