Konvoi mobil mewah baru-baru ini menjadi berita yang ramai di sejumlah media. Konvoi tersebut terjadi di jalan tol yang menghubungkan Depok, Jawa Barat, dan Jalan Antasari, Jakarta Selatan, atau lebih dikenal sebagai Tol Andara.
Seperti ditulis Kompas.com (25/1/2922), peristiwa yang terjadi pada Minggu (23/1/2022) sekitar pukul 10.45 WIB di KM 02.400 Tol Andara, telah menjadi polemik yang ramai diperbincangkan.
Ketika itu, mobil-mobil yang konvoi melakukan dokumentasi. Akibatnya, arus lalu lintas di tol tersebut sempat terhambat lantaran konvoi yang menghalangi arus lalu lintas.
Polisi kemudian menegur para pengguna mobil itu, namun tidak menilang. Inilah yang antara lain menimbulkan polemik.Â
Alasan polisi tidak menilang, karena mereka kooperatif, membawa kelengkapan surat-surat kendaran, memohon maaf, dan mengakui kesalahannya yang melaju pelan di jalan tol.
Baik, pada bagian berikutnya tulisan ini sama sekali tidak bermaksud mengulas berita di atas, hanya menjadikan konvoi mobil mewah sebagai salah satu contoh aksi yang biasa dilakukan orang kaya yang sekaligus penggemar otomotif.
Makanya, konvoi mobil mewah, seperti juga konvoi motor gede (moge), relatif sering kita temui. Hal ini bisa terjadi di jalanan kota besar atau touring ke daerah pedalaman yang eksotis.
Tentu, konvoi tersebut bisa saja menimbulkan perbedaan pendapat. Ada yang senang melihat berbagai mobil mewah, ada pula yang mengecam karena berpotensi mengganggu lalu lintas.
Baik yang senang maupun yang mengecam, sebagai masyarakat umum mungkin mereka sepakat dalam satu hal, bahwa konvoi mobil mewah merupakan ajang pamer kekayaan. Oleh karena itu, yang lagi konvoi bisa dianggap arogan.Â
Namun, bagi mereka yang punya mobil mewah hal itu bukan pertanda arogan. Kalaupun mereka mendengar langsung kecaman warga, pasti mereka membela diri dengan alasan mereka berhak konvoi sesuai dengan izin yang telah mereka dapatkan.
Ya, bisa jadi tujuan konvoi memang bukan untuk pamer kekayaan. Masalahnya, pamer atau tidak, sekarang bukan lagi zaman orang kaya menyembunyikan kekayaannya. Bukankah sekarang saatnya untuk eksis di media sosial?Â
Bahkan, yang bukan orang kaya pun ingin bergaya seperti orang kaya dan ikut-ikutan nampang di media sosial. Ini malah jadi kebanggaan.
Bukan apa-apa, banyak keuntungannya bila kita dicap orang kaya. Orang kaya itu dihormati, disegani, kalau ada pertemuan duduknya di depan dan omongannya disimak dengan baik oleh orang lain.
Masyarakat umum, bahkan juga mungkin sebagian aparat, seperti terlihat sungkan atau keder bila berhadapan dengan orang kaya dengan penampilan perlente. Apalagi, melihat ada orang yang datang dengan mobil mewah.
Makanya, kenapa di kantor-kantor, terhadap orang yang gayanya kaya, biasanya dilayani dengan baik oleh petugas, sehingga urusannya cepat selesai.
Jadi, klop saja bila orang kaya seperti mendapat privilege atau hak istimewa. Padahal, seharusnya tidak ada hak tersebut dan kedudukan semua orang sama di mata hukum.
Tapi, jangan kaget, rasa keder orang biasa terhadap orang kaya, suatu saat bisa berbalik arah dan berpotensi menyulut aksi massa bila ada pemicunya.Â
Itulah yang terjadi di Bantul belum lama ini, seperti yang diberitakan Detik.com (28/1/2022). Sebuah mobil sedan Mercy tipe e-260 warna hitam dirusak massa di pinggir jalan Kasihan, Bantul, DI Yogyakarta.
Perusakan mobil itu dilakukan gegara pengemudi sedan terlibat cekcok, lalu melarikan diri, dan menbrak pengendara lain sehingga akhirnya dikejar massa.
Adapun percekcokan tersebut terjadi antara pengemudi dengan seorang tukang parkir, yang diawali mobil yang terkesan berhenti mendadak dan tukang parkir yang lagi sibuk mengatur mobil menjadi kaget.
Pengemudi mobil Mercy bukannya menyelesaikan cekcok, malah meninggalkan lokasi di depan salah satu gerai waralaba ayam goreng, yang berbuntut dengan pengejaran.
Jelaslah, meskipun secara umum banyak orang yang keder pada orang berpunya, tapi itu tidak bersifat mutlak. Jika ada pemicunya, malah berakibat fatal, karena yang namanya massa bisa beringas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H