Anak bungsu saya, satu-satunya cewek dari tiga bersaudara, ketika kecil hingga tamat SD, badannya lumayan gemuk. Sangat berbeda dengan dua kakaknya saat masih anak-anak dan remaja.
Memang, nafsu makan si bungsu ini agak sulit direm. Padahal, ia juga tidak rajin berolahraga atau bermain yang sifatnya bergerak secara fisik.
Saya sempat cemas bila misalnya saat SMP, yang bersamaan dengan datangnya masa puber, si bungsu tidak punya rasa percaya diri karena tubuhnya tidak sesuai dengan standar ideal.
Ingat, bagi anak  gadis, tentu masalah penampilan menjadi hal penting. Apalagi kalau ia sampai di-bully teman-temannya, bisa makin runyam lagi.
Untunglah, meskipun saya dan istri tidak terlalu ketat mengatur pola makannya, sejak SMP ia mampu mengendalikan nafsu makannya.
Lalu, seiring dengan tubuhnya yang semakin meninggi, si bungsu tidak lagi terlihat gemuk, bahkan menurut saya agak kurus dan bertahan sampai sekarang.
Tapi, keponakan saya ada yang ketika kecil normal-normal saja, lalu sejak masuk SD hingga sekarang sudah jadi mahasiswa, tubuhnya sudah jauh melewati batas ideal.
Dari pengamatan sekilas, anak-anak yang menderita obesitas cenderung semakin banyak. Ini gampang ditemui di sekolah-sekolah atau di tempat yang menyediakan fasilitas permainan bagi anak-anak.
Sebetulnya, orang tua zaman sekarang banyak yang menyadari bahwa anak yang obesitas bukanlah kondisi yang diharapkan. Kalau dulu, memang ada yang menganggap lucu dan menggemaskan.
Hanya saja, banyak orang tua yang tidak berhasil mendisiplinkan anaknya agar bisa menerapkan pola hidup sehat dan sekaligus mengurangi kegemukan.Â
Ketidakberhasilan orang tua tersebut, kalau dipikir-pikir, ya karena ketidaktegaan orang tua itu sendiri karena berbagai alasan.