Naturalisasi di PSSI dengan memberikan kewarganegaraan Indonesia kepada sejumlah pemain sepak bola yang sebelumnya berpaspor negara lain, telah berlangsung cukup lama.
Kalau berkaca pada negara lain, program naturalisasi di Singapura dan Filipina sebagai contoh, sudah terjadi sebelum Indonesia memulai.Â
Hingga sekarang timnas Filipina masih mengandalkan pemain naturalisasi yang bermain di klub luar Filipina, sedangkan timnas Singapura kembali dipenuhi oleh pemain lokal berdarah Melayu.Â
Jadi, boleh dikatakan program natarulisasi sudah lazim secara internasional, namun sejauh ini belum terdapat bukti yang kuat bahwa program ini sangat mendongkrak prestasi suatu negara.
Sekadar menaikkan peringkat FIFA, memang dimungkinkan dengan bantuan pemain naturalisasi, seperti yang dialami Filipina.
Tapi, seperti halnya Indonesia, Filipina sejauh ini belum pernah menjuarai turnamen Piala AFF yang merupakan lambang supremasi sepak bola Asia Tenggara.
Sejarah program naturalisasi di negara kita dimulai pada tahun 2010, ketika timnas Indonesia yang terjun pada turnamen Piala AFF diperkuat oleh Christian Gonzales dan Irfan Bachdim.Â
Ketika itu Indonesia tampil cemerlang di babak awal hingga melaju ke final. Sayangnya, pada laga final, Indonesia harus mengakui keunggulan negara jiran Malaysia.
Setelah itu banyak sekali pemain asing yang merumput di Indonesia yang berpindah kewarganegaraan menjadi berpaspor Indonesia, tentu setelah memenuhi sejumlah persyaratan.
Ada yang karena punya istri orang Indonesia seperti Christian Gonzales yang sebelumnya adalah warga negara Uruguay.
Ada pula pemain yang sebelumnya berdomisili di luar negeri, kebanyakan di Belanda, yang karena punya garis keturunan Indonesia, tertarik menjadi WNI, seperti Irfan Bachdim.