Lantai masjid yang terbuat dari papan memiliki ketinggian 1,2 meter dari permukaan tanah. Tiang penyangganya berjumlah 21 buah yang terbuat dari kayu berbentuk bulat.
Menurut sumber Kemenag Kota Payakumbuh, masjid tersebut keasliannya masih terjaga, karena sebagian besar tiang, lantai dan dinding, yang semuanya dari kayu, belum pernah diganti.
Hanya atapnya yang aslinya terbuat dari ijuk, karena sudah lapuk diganti dengan seng. Memang, di Sumbar sejak belasan tahun terakhir sudah jarang terlihat bangunan beratap ijuk.
Bagi mereka yang baru pertama kali ke Payakumbuh dan tertarik berkunjung ke Masjid Gadang, mungkin akan mengalami kesulitan karena seperti telah ditulis di atas, letaknya bukan di pinggir jalan utama.
Kalau dari arah Bukittinggi, sekitar 1,5 kilometer sebelum pusat kota Payakumbuh, ada perempatan dan untuk ke masjid ambil yang belok kanan. Sayangnya papan petunjuk arah ke Masjid Gadang tidak  terlihat.
Sebagai cagar budaya, sebetulnya masjid ini bisa dijadikan objek wisata religi. Agar lebih dikenal, sebaiknya dibuat papan petunjuk arah yang menarik bagi orang yang melewati jalan utama.
Pemerintah atau penggiat pariwisata setempat perlu pula mempromosikan di media sosial atau mengadakan berbagai event di masjid tersebut.
Selain Masjid Gadang dan Rumah Gadang Tuangku Nan Lareh, saya juga melihat ada rumah gadang cantik yang dugaan saya merupakan rumah gadang lama yang  baru direnovasi.
Apakah rumah gadang tersebut boleh dikunjungi publik atau tidak, tidak saya dapatkan informasi, karena saat itu sangat sepi dan pagarnya tidak terbuka.