Nasi liwet, soto gading, selat Solo (semacam salad), dan timlo, adalah sekadar beberapa contoh makanan khas di Solo. Juga ada bistik di warung tenda pinggir jalan dengan rasa yang tidak kalah dengan yang di restoran mewah.
Saya sendiri memilih timlo, karena belum pernah mencoba dan merasa penasaran. Enak juga, agak mirip soto atau sop.
Uniknya, banyak tempat makan di Solo yang sengaja dibikin dengan nuansa jadul. Bangunannya sederhana dari kayu dan proses memasaknya pun pakai cara tradisional.
Seolah-olah melengkapi kejadulannya, ada pula alunan musik keroncong atau campursari yang dibawakan pemusik yang mangkal di tempat makan tertentu.
Tak lengkap rasanya ke Solo kalau tidak berbelanja pakaian batik, karena Solo merupakan salah satu sentra produksi batik Indonesia.
Cemilan sebagai oleh-oleh tentu juga tidak kami lupakan, bahkan kami membeli di dua tempat, Pasar Gede dan Toko Roti Orion.Â
Berjalan-jalan ke Solo menjadi refreshing yang asyik, asal tetap mematuhi protokol kesehatan mengingat pandemi masih belum berakhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H