Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mau Tutup Tahun, Saatnya Buruan Habiskan Anggaran?

22 Desember 2021   19:00 Diperbarui: 22 Desember 2021   19:04 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang namanya satu hari, dari zaman kuda gigit besi hingga sekarang, tetap saja sama dengan 24 jam. Satu jam sama dengan 60 menit dan satu menit sama dengan 60 detik. 

Tapi, saya tak habis pikir, kenapa rasanya sekarang ini waktu terlalu cepat berlalu. Ya, perasaan saya baru kemarin merayakan tahun baru 2021, ternyata sudah mau tahun baru lagi.

Konon, bagi orang yang sibuk, waktu seakan tidak cukup. Saya sendiri bukan orang sibuk, hanya menyibukkan diri dengan ber-Kompasiana.

Kebalikannya, bagi orang yang lagi menganggur, waktu terasa demikian lama berjalan. Makanya, banyak yang bilang bahwa menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan. 

Jadi, bagi yang mereka yang masih menganggur, jangan menunggu peluang, tapi rebut atau ciptakan peluang. Contohnya, dengan berwirausaha.

Sebagai orang yang lama bergelut sebagai orang kantoran, saya memahami ritme bekerja menjelang akhir tahun yang berbeda dibandingkan hari-hari atau bulan-bulan yang lain.

Mereka yang bertugas di bidang bisnis atau pemasaran, pasti akan kelabakan bila target yang dibebankan atasannya masih belum tercapai.

Padahal, tidak gampang untuk mencari konsumen yang mau membeli produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan. 

Tulisan ini tidak menguraikan lebih lanjut trik-trik karyawan bidang pemasaran agar mampu mengejar target hingga akhir tahun.

Pembahasan lebih difokuskan pada bidang supporting, seperti unit kerja yang mengelola logistik, sumber daya manusia, dan berbagai bidang pendukung lainnya di sebuah perusahaan.

Ambil contoh bidang logistik yang ditargetkan untuk mengadakan sekian ratus unit komputer bagi puluhan kantor cabang di sebuah perusahaan.

Bila hingga November pengadaan tersebut masih jauh dari target, maka pada Desember akan dipercepat penuntasannya. Ini ada kaitannya agar anggaran tahun depan tidak berkurang.

Soalnya, di akhir tahun pula penyusunan anggaran untuk tahun berikutnya harus telah disetujui direksi dan komisaris perusahaan.

Dalam menyusun anggaran untuk tahun berikutnya, antara lain tergantung pada realisasi atau daya serap anggaran tahun ini.

Contoh lain, sekiranya saja tidak lagi pandemi, sangat mungkin banyak perusahaan yang mengadakan acara workshop atau sejenis itu di hotel yang representatif di daerah yang sekaligus menjadi destinasi wisata unggulan.

Soalnya, bila untuk workshop sudah dianggarkan sejumlah tertentu selama setahun dan baru terealisir 60 persen, maka pihak terkait di perusahaan itu akan buru-buru mengadakan berbagai workshop lagi, paling tidak realisasi menjadi sekitar 80 persen.

Masalahnya, program yang terburu-buru dan terkesan asal menghabiskan anggaran, besar kemungkinan tidak akan efektif, hanya sekadar hura-hura saja.

Anggapan bahwa anggaran biaya harus habis, adalah pendapat yang salah kaprah. Justru, sepanjang perusahaan bisa berjalan dengan baik, dengan biaya yang lebih kecil, malah bagus. Ini yang disebut efisien.

Bila gara-gara perusahaan terlambat membeli atau membangun sesuatu, target omzet penjualan atau tujuan perusahaan tidak tercapai, maka ini namanya tidak efektif.

Berbeda dengan anggaran pendapatan yang dikelola oleh  bidang bisnis atau bidang pemasaran, kalau bisa melampaui target yang tercantum pada anggaran, akan lebih baik.

Tapi, untuk anggaran biaya, jangan boros dan jangan pula pelit. Harus optimal, dalam arti efektif dan efisien. Efektif tapi tidak efisien atau efisien tapi tidak efektif, akan sia-sia.

Dalam bercanda versi orang kantoran, karyawan bidang bisnis atau pemasaran disebut sebagai tukang cari duit, dan bidang support sebagai tukang habisin duit.

Sebetulnya tidak persis seperti itu, keduanya, bisnis dan support saling tergantung. 

Tapi, bonus untuk orang bisnis memang lebih tinggi bila targetnya tercapai atau terlampaui, karena itu tadi, merekalah yang mencetak laba di perusahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun