Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Terapkan Pola Hidup Sehat Menuju Indonesia Bebas AIDS 2030

3 Desember 2021   09:00 Diperbarui: 3 Desember 2021   09:03 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terkait dengan AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome), sering kita mendengar kampanye dari pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat tertentu agar kita menjauhi penyakitnya, bukan menjauhi orangnya.

Memang, AIDS bukanlah penyakit keturunan, tapi didapat dari orang lain yang lebih dahulu terkena AIDS. Tapi penularannya tidak segampang yang diduga, sehingga masyarakat sebaiknya tidak mengucilkan penderita AIDS.

Menurut dr. Otniel Budi Krisetya di situs alodokter.com, Human Immunodeficiency Virus (HIV) bisa menular melalui pertukaran cairan tubuh, seperti cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, darah dan air susu ibu (ASI).

HIV itu sendiri jika diterjemahkan kira-kira artinya virus yang merusak sistem kekebalan tubuh. HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi AIDS, yakni semacam stadium akhir dari infeksi HIV.

HIV tidak dapat menular melalui keringat atau urin. Demikian pula karena menggunakan alat makan bersama, menggunakan toilet bersama. Bahkan, bersalaman dan berpelukan pun tidak menularkan HIV.

Jadi, kalau kita menggunakan piring atau gelas bekas pengidap HIV yang telah dicuci terlebih dahulu, tidak usah khawatir.

Tapi, seorang istri yang sehari-hari hanya di rumah, namun punya suami suka "jajan" dan terkena HIV, bisa jadi akan tertular. Kalau si istri tertular, bayinya yang masih minum ASI bisa terkena pula.

Kelak, bila si bayi itu sudah masuk sekolah, lalu teman-temannya entah dari mana mengetahui soal penyakitnya, ada kemungkinan dikucilkan. Inilah yang perlu ditanamkan kepada anak-anak, tindakan pengucilan itu keliru.

Jika tidak ada yang mau berteman dengan pengidap HIV, tentu akan mendatangkan trauma psikologis yang akan memperparah kondisinya. 

Jangan pula langsung menganggap penderita HIV yang sudah dewasa sebagai bukan orang baik-baik dan lagi menerima hukum karma. 

Toh, andaipun ada yang memang sakit karena kenakalannya sendiri di masa lalu, bukankah setiap orang berhak memperbaiki dirinya?

Kata orang, mantan preman (yang sudah bertobat) jauh lebih baik dari mantan orang baik-baik (yang kemudian terjerumus berbuat nakal).

Namun demikian, soal mencegah memang wajib kita lakukan semaksimal mungkin. Makanya, bagi yang belum menikah, harus mengetahui dengan baik latar belakang calon pasangannya.

Menurut rilis Kementerian Kesehatan yang dikutip oleh viva.co.id, ada beberapa hal yang perlu diketahui masyarakat.

Pertama, kita harus mengupayakan hidup sehat agar mampu mencegah penularan HIV. Hidup bersih dan sehat secara konsisten, tidak melakukan seks yang berisiko, dan tidak mengunakan narkoba, adalah contoh upaya dimaksud. 

Perilaku hidup sehat, sekali lagi, tak berarti dengan cara menjauhi orang dengan HIV/AIDS (ODHA). 

Justru ODHA sangat membutuhkan dukungan terutama dari orang-orang terdekatnya seperti keluarga sendiri, tetangga, teman, dan sebagainya.

Kedua, perlu melakukan pemeriksaan di laboratorium bagi yang pernah melakukan perilaku yang berisiko. Jika hasilnya negatif, pertahankan terus perilaku sehat. Jika positif, patuhi petunjuk dokter dan gunakan kondom saat berhubungan seksual.

Ketiga, stigma negatif pada ODHA masih tinggi, makanya jangan diskirimimasikan mereka. Bersikaplah yang wajar-wajar saja,

Keempat, angka HIV terus meningkat. Dari semua provinsi di Indonesia tak satu pun yang bebas ODHA. Pada Juni 2018, keberadaan HIV/AIDS terdapat di 433  dari 514 kabupaten/kota.

Kelima, upaya pencegahan fast track sebagai target Kementerian Kesehatan dengan rumus 90-90-90, perlu didukung bersama. Maksudnya 90 persen dari ODHA mengetahui status HIV mereka melalui tes atau deteksi dini.

90 persen dari yang tahu status HIV-nya, memulai terapi pengobatan secara medis, dan 90 persen yang dalam pengobatan berhasil menekan jumlah virusnya, sehingga mengurangi kemungkinan penularan HIV. 

Sejak pandemi melanda negara kita, perhatian terhadap ODHA terlihat sedikit berkurang, karena pemerintah serta pihak lain yang terkait lebih fokus pada pencegahan penularan Covid-19.

Nah, sekarang saatnya kita kembali memperhatikan upaya penanggulangan HIV dan AIDS, agar target Indonesia bebas AIDS pada tahun 2030 mendatang bisa tercapai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun