Tapi, kalau ditanya, mereka yang keberatan itu biasanya hanya menjawab soal kesibukan dan soal ekonomi yang menjadi alasan.
Faktor psikologis dimaksud adalah perlunya kesabaran yang berlipat ganda bila punya orang tua yang pikun atau yang secara medis ada yang disebut damensia dan ada pula yang alzheimer.
Konon, tingkah laku orang tua yang sudah pikun kembali seperti anak-anak, suka ngambek sambil marah-marah.
Bayangkan, kalau itu terjadi ketika orang tua dirawat oleh salah seorang anaknya yang juga punya rumah tangga sendiri.Â
Orang tua akhirnya sering bertengkar dengan anak, menantu, dan cucu-cucu.
Ada lagi masalah jika secara fisik orang tua masih baik, hanya daya ingatnya yang menurun tajam. Yang bikin si anak sangat kewalahan bila orang tua tanpa setahu yang lain ke luar rumah dan tidak tahu jalan pulang.
Maka, jalan yang mungkin dilewati orang tuanya akan disusuri si anak sambil bertanya ke orang lain yang mungkin mengetahuinya.
Kemudian, harus diakui, meskipun secara umum seorang anak menyayangi orang tuanya, tapi derajat rasa sayang itu tidak sama untuk semua orang, tergantung cara mendidik yang dulu dilakukan orang tuanya.
Kata pepatah, kasih sayang ibu sepanjang jalan, sedangkan sayang anak ke ibunya hanya sepanjang galah.Â
Tapi, pepatah itu berlaku relatif, banyak kok anak yang sangat sayang dan telaten merawat orang tua dengan ikhlas.
Namun, tentu ada saja pengecualian. Orang tua yang sangat keras mendidik anak (yang justru keras karena sayangnya, takut si anak masa depannya suram), oleh si anak akan diterima sebagai pengekangan.