Seperti diketahui, negara kita termasuk negara yang rawan bencana alam. Musibah tsunami, banjir bandang, tanah longor, letusan gunung berapi, dan bencana alam lainnya, sudah begitu sering terjadi di berbagai penjuru tanah air.
Di satu sisi, kita mungkin masih kecewa dengan mitigasi bencana tersebut, yang jarang dilakukan dengan baik oleh masyarakat dan juga oleh instansi pemerintah terkait.
Padahal, jika kita berbicara dari sisi manajemen risiko, sebetulnya sudah ada panduannya, baik yang dilakukan sebagai tindakan antisipasi sebelum bencana, saat terjadi bencana, dan upaya pemulihan setelah bencana.
Namun, di sisi lain, ada pula berita baiknya. Ternyata rasa solidaritas sosial masyarakat kita masih kuat tanpa tersekat-sekat dengan perbedaan suku, ras dan agama.
Jangan heran, walaupun bencana terjadi di Sulawesi Tengah, warga Sumatera Barat (yang jaraknya terpisah ribuan kilometer) dengan ikhlas mengirimkan bantuan berupa makanan rendang yang tahan lama untuk para korban.
Berkaitan dengan makanan bantuan, harus diakui, kebanyakan hanya berupa berkardus-kardus mi instan, yang mohon maaf, dari segi kandungan gizi belum lengkap.
Tapi, justru mi instan lah yang paling praktis, yang sangat gampang dimasak oleh korban bencana yang tinggal di tenda pengungsian.
Karena kondisi tersebut, tim peneliti di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Padang membuat sebuah terobosan dengan mengembangkan nasi padang instan.
Sebagaimana ditulis Kompas.id (1/11/2021), nasi padang instan bisa menjadi alternatif yang lebih baik dan tahan lama untuk kebutuhan nutrisi para penyintas bencana.Â
Makanan tersebut terdiri dari nasi, rendang dan sayur yang sudah dikeringkan dan distrelisasi. Ketika mau disantap, dipanaskan kembali.
Uniknya, untuk memanaskan nasi padang instan tak perlu pakai air panas, karena menggunakan teknologi self heating atau memanaskan secara otomatis (kompas.tv, 24/10/2021).