Para pendukung Ganjar yang tergabung dalam "Ganjarist" ternyata semakin serius melakukan berbagai upaya menjadikan tokoh pujaannya, Ganjar Pranowo, menjadi Presiden RI.
Ganjarist memang bukan partai politik. Tapi, bila ada partai yang mendeteksi potensi gubernur Jawa Tengah itu untuk dipilih mayoritas rakyat yang punya hak pilih, jalan akan terbuka lebar bagi Ganjar.
Jadi, bila anggota Ganjarist semakin banyak dan menyebar di semua daerah, tentu bisa dinilai sebagai salah satu bukti bahwa Ganjar telah mendapat tempat di hati masyarakat.
Maka, seandainya Ganjar tidak diusung sebagai calon presiden pada pilpres 2024 oleh partai yang membesarkan Ganjar, PDI Perjuangan, sah-sah saja bila justru partai lain yang meminangnya.
O ya, Ganjarist itu sendiri punya arti, yakni "Ganjar Pranowo Menuju Indonesia Satu". Jelas sekali tujuannya, bukan?
Nah, baru-baru ini relawan Ganjarist menegaskan akan menolak kompensasi jabatan apapun bila jagoannya itu berhasil menduduki RI-1, seperti yang dikutip dari Merdeka.com (7/10/2021).
"Kami ini relawan murni," tutur Ketua Umum Ganjarist, Mazdjo Pray. Ketegasan ini diperlukan untuk menepis anggapan bahwa selama ini relawan sebetulnya punya agenda tersembunyi.
Mungkin Mazdjo mendengar atau membaca berbagai komentar yang menjurus munculnya polemik setelah seorang relawan mendapatkan suatu jabatan.Â
Yang relatif sering terjadi, ada relawan yang diangkat menjadi komisaris di salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), setelah berhasil mendudukkan jagoannya menjadi Presiden RI.
Kompas.com (31/5/2021) menulis daftar nama 19 orang relawan Jokowi yang jadi Komisaris BUMN, antara lain Fadjroel Rachman (Komisaris Waskita Karya), Andi Gani Nena Wea (Pembangunan Perumahan), dan Ulin Ni'am Yusron (Pengembangan Pariwisata Indonesia).
Selain itu, ada pula nama musisi Abdi Negara Nurdin atau yang lebih dikenal sebagai Abdee Slank yang menempati pos Komisaris Independen di Telkom Indonesia.
Bisa jadi si relawan memang punya kapasitas untuk menduduki jabatannya itu, tapi sebagian orang berpendapat hal itu sebagai "hadiah" dari usahanya ikut memenangkan jagoannya.
Logikanya, seseorang atau sekelompok orang mau capek-capek berjuang, tentu ada yang diharapkannya.
Jadi, sebetulnya bukan hal aneh bila mereka yang berkeringat memenangkan seorang tokoh dalam pilkada atau pilpres, punya harapan tertentu untuk keuntungan pribadinya.
Harapan itu bisa berupa dapat jabatan, dapat proyek (bila ia seorang pengusaha), dan imbalan dalam bentuk lainnya.
Di satu sisi, harapan itu sesuatu yang manusiawi. Namanya juga usaha.
Namun, di sisi lain, ada kriteria atau rambu-rambu yang menjadi standar dan harus dipatuhi dalam mendudukkan seseorang pada jabatan tertentu.
Demikian juga dalam menunjuk sebuah perusahaan untuk mengerjakan proyek pemerintah, semua ada aturan mainnya.
Menyadari adanya dua sisi tersebut, maka pernyataan Ganjarist di atas pantas untuk diapresiasi.
Artinya, para pendukung Ganjar Pranowo tersebut betul-betul ikhlas tanpa pamrih, tanpa agenda tersembunyi.
Hal itu mirip dengan penggemar seorang artis atau penggemar klub sepak bola tertentu yang rela berkorban uang, waktu dan tenaga, tanpa dapat imbalan apa-apa.
Lalu kalau begitu apa keuntungannya? Ya, kepuasan pribadi, puas melihat artis idolanya atau puas melihat penampilan klub kesayangannya.
Nah, begitu pula dengan Ganjarist, tentu mereka punya kepuasan secara psikologis bila Ganjar berhasil menjadi RI-1.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H