Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Maskot Kanguru dan Cendrawasih yang Memikat, "Torang Bisa" Jadi Penyemangat

3 Oktober 2021   19:44 Diperbarui: 3 Oktober 2021   19:57 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maskot PON Papua|dok. Antara/Bayu Kuncahyono, dimuat kompas.com

Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 yang karena pandemi baru terlaksana pada Oktober 2021 ini, terasa sekali istimewanya, terutama dilihat dari sisi waktu dan tempat penyelenggaraan.

Dari sisi waktu saja sudah jelas tingkat kesulitannya, yakni negara kita masih dilanda musibah pandemi, meskipun sudah ditunda satu tahun.

Sewaktu penundaan tersebut diputuskan, sebetulnya belum ada jaminan kapan pandemi akan berakhir. Tapi, syukurlah, sejak September lalu, kasus penambahan pasien Covid-19 sudah semakin berkurang di semua provinsi.

Namun demikian, panitia pelaksana PON Papua tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat, sehingga diharapkan tidak muncul klaster baru dalam kasus Covid-19.

Kemudian, keistimewaan lain, jelas soal tempat. Bukan semata-mata karena provinsi Papua secara geografis terletak di ujung timur negara kita, sehingga anggaran transportasi dan logistik pasti lebih besar dari PON-PON sebelumnya.

Tapi, luasnya provinsi Papua dan kondisi alamnya juga luar biasa. Padahal ada empat kabupaten/kota yang menjadi arena pertandingan, yakni Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Merauke, dan Kabupaten Mimika.

Padahal, Provinsi Papua sudah dimekarkan dengan terbentuknya provinsi Papua Barat, namun yang namanya provinsi Papua itu masih sangat luas. 

Bayangkan, bila seluruh pulau Jawa yang terdiri dari 6 provinsi digabung jadi satu, ditambah lagi dengan provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Nah, Papua masih lebih besar dari gabungan 9 provinsi itu.

Jarak Jayapura ke Merauke kira-kira sejauh Jakarta-Surabaya. Kalau dari Jakarta ke Surabaya ada jalan tol, Jayapura-Merauke atau Jayapura-Timika hanya bisa dijangkau dengan pesawat.

Bisa juga dengan kapal laut, tapi harus memutar jauh sekali melewati Papua Barat, sehingga akan memakan waktu beberapa hari.

Jelaslah, koordinasi penyelenggaraan pertandingan di beberapa kota di atas membutuhkan usaha yang tidak mudah.

Mungkin karena kondisi alamnya yang "keras", menjadi salah satu faktor pendukung kenapa banyak atlet hebat dengan bakat alami yang lahir di tanah Papua.

Tentang kehebatan atlet Papua tersebut tak perlu diragukan. Bukan hanya di cabang sepak bola dengan banyaknya "seniman bola" asal Papua yang bermain di berbagai klub Liga 1 Indonesia.

Tapi, di cabang atletik, dayung, tinju, angkat besi, sekadar menyebut beberapa contoh, atlet Papua juga menonjol.

Tak heran, pada klasemen sementara perolehan medali PON Papua sampai tulisan ini ditulis, Papua berada di urutan kedua setelah DKI Jakarta.

Masalahnya, meskipun Papua gudangnya para atlet hebat, untuk menggelar pesta olahraga sebesar PON, boleh jadi awalnya ada pihak yang memandang dengan sebelah mata.

Soalnya, ketertinggalan Papua selama ini terutama karena kemampuan sumber daya manusianya yang dinilai belum sebaik provinsi lain. 

Membangun fasilitas olahraga mungkin tidak terlalu sulit sepanjang tersedia anggarannya. Maka sekarang Papua punya stadion yang sangat megah (ada yang menilai sebagai yang terbaik di Asia Pasifik) yang bernama Stadion Lukas Enembe.

Namun, untuk terciptanya tata kelola yang baik antar berbagai elemen dalam kepanitian, pasti membutuhkan orang-orang yang mengerti manajemen dan mampu menerapkannya.

Nah, kepada pihak yang tadinya memandang dengan sebelah mata, jika ikut menyaksikan acara pembukaan PON melalui layar kaca, perlu angkat topi kepada semua yang terlibat dalam acara tersebut.

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo telah membuka secara resmi PON Papua pada Sabtu malam (2/10/2021), meskipun beberapa cabang olahraga telah memulai pertandingan atau perlombaan sejak seminggu sebelumnya.

Presiden pada kesempatan tersebut menyatakan rasa bangganya, karena dengan terlaksananya PON Papua sekaligus menggambarkan kemajuan Papua.

Acara pembukaan tersebut berlangsung dengan meriah, meniru konsep pembukaan Olimpiade, yang memadukan unsur kesenian tradisional dari berbagai suku di Papua dan kesenian modern.

Permainan sinar laser dan kembang api turut menghiasi langit Jayapura, termasuk pesta kembang api di Jembatan Youtefa yang ikonik.

Menarik pula menyaksikan Presiden Jokowi yang ikut bermain bola dan menabuh tifa, mendapat sambutan hangat para penonton di Stadion Lukas Enembe.

Artis asli Papua yang mengisi acara menunjukkan kemapuannya yang tak kalah dengan artis nasional yang juga tampil di acara pembukaan PON, seperti Ruth Sahanaya dan Tulus.

Tentang maskot PON Papua juga terlihat memikat yang terdiri dari dua jenis hewan yang khas dan menjadi kebanggan Papua. 

Pertama, maskot Kangpho yang maksudnya adalah kanguru pohon. Jangan kaget, kanguru yang menjadi lambang negara Australia, juga terdapat di Papua, terutama di bagian selatan seperti di Kabupaten Merauke.

Hanya saja, kanguru di Papua hidup di atas pohon dengan memakan biji-bijian serta dedaunan muda dari pohon besar. Kanguru Papua lebih kecil dibandingkan Kanguru Australia.

Kangpho sebagai maskot diberi ikat kepala dan rumbai-rumbai di bagian kepala sebagai lambang kebesaran laki-laki Papua.  

Ada juga rumbai-rumbai di pinggang yang biasa dikenakan perempuan di Papua, melambangkan sambutan hagat penuh keakraban terhadap tamu-tamu yang datang.

Kedua, maskot Drawa yang berbentuk burung cendrawasih. Tentu burung yang sangat indah ini sudah dikenal baik karena memang sering menjadi simbol daerah Papua.

Drawa berwarna kuning di kepala dan ekor yang melambangkan semangat kehangatan dan kegembiraan, serta menggambarkan Papua sebagai tanah yang kaya raya.

Selain maskot tersebut, slogan "Torang Bisa" menjadi penyemangat, baik bagi masyarakat Papua, maupun bagi atlet yang bertanding.

Torang bisa artinya adalah "kita bisa". Ya, maksudnya masyarakat Papua membuktikan bisa menggelar PON dengan baik, dan para atlet bisa menunjukkan kemampuan terbaiknya untuk mencetak prestasi.

Selamat untuk Papua, selamat untuk kita semua, karena PON ini buat bangsa Indonesia di manapun berada.

Semoga PON Papua berlangsung dengan sukses hingga acara penutupan pada 15 Oktober 2021 mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun